Enchanted (Part. 5)


Seo Joohyun/Cho Kyuhyun/Choi Minho & The others cast. | Romance & Friendship | PG-15.

Original by AdillaSB (facebook & twitter ):

(Baca juga cerita sebelumnya Enchanted-Part.1Enchanted-Part.2Enchanted-Part.3 , dan Enchanted-Part.4 )

 

“Bagi Seo Joohyun mengutarakan perasaannya bukan sesuatu yang mudah. Saat persahabatan mereka dipertaruhkan, Seohyun merasakan ada yang salah dengan dirinya.”

Rasanya ingin memberontak ketika merasakan satu belaian jari telunjuk yang mengusap pipiku lembut. Namun entah kenapa kedua mataku tak mau terbuka, hari ini benar-benar melelahkan bagi tubuh dan pikiranku.

Beberapa menit berlalu dan aku tidak merasakannya lagi. Syukurlah, aku yakin Kyuhyun tidak akan melakukan sesuatu yang buruk. Tiba-tiba sebuah kain—rasanya seperti mantel menutup tubuhku. Suhu menghangat lebih dari sebelumnya.

“Seandainya aku benar-benar dapat melupakan wanita itu. Aku pasti sudah jatuh cinta padamu, Seohyun.”

Aku mendengar itu. Kyuhyun mengucap kalimat itu dengan nada yang makin lama makin rendah. Suara samar—yang bahkan terdengar seperti bisikan membuat jantungku rasanya ingin melompat keluar. Apa maksudnya?

Ah, itu bukan masalah penting. Yang menjadi utama adalah jantungku belum pernah berdetak sekencang ini selain karena Minho. Apa yang terjadi?

Ku intip keadaan diluar dengan membuka sedikit celah diantara kedua mataku yang terpejam. Cho Kyuhyun masih belum bisa menikmati malam, dan waktunya masih dihabiskan untuk menatapi pohon-pohon diluar jendela mobil. Masalah detak jantungku yang menggebu ini membuatku penasaran. Tapi bukan waktunya untuk membicarakan itu sekarang karena aku kembali merasa katuk yang amat sangat ditengah pikiran yang dibuat kacau.

“Seohyun?”

Aku merasa benar-benar gila sekarang. Bahkan ditengah tidur, suara Kyuhyun masih terdengar jelas menyebut namaku beberapa kali. Rasanya ingin cepat-cepat kembali pada kenyataan dan memastikan bahwa tidak ada yang salah dengan diriku. Cahaya matahari yang langsung menyergapku membuat mata ini terbuka dengan cepat.

“Ini?”

Pemandangan dibalik jendela yang cukup mengejutkan.

“Kita sudah tiba dirumahmu.” kata Kyuhyun dengan seulas senyum, sementara salah satu tangannya menengadah menunjuk gerbang rumahku.

Aku manatapnya heran. Untuk sekian detik aku biarkan diri ini tenggelam dalam keheningan sampai pikiran dan tubuhku benar-benar bangun dari kenyataan. “Rumah?” aku mengerejap lalu menatap sekeliling dan kami benar-benar telah sampai. Aku kini sudah berada dikursi penumpang dengan sebuah mantel hitam menyelimuti setengah dari tubuhku. Sepertinya Kyuhyun memindahkan aku kekursi penumpang selagi aku tidur, tapi kenapa aku tidak menyadarinya?

Seperti dapat membaca isi pikiranku, Kyuhyun membalas “aku berusaha membangunkan mu tapi tidak berhasil, sepertinya kau benar-benar lelah.” Bibirku membulat mendengar penjelasannya, ternyata tadi memang bukan suara dari mimpi. Aku tertawa geli dalam hati, bisa-bisanya aku berfikir sememalukan ini. “Terimakasih,” sambungnya lagi.

“Untuk?”

“Menemaniku tadi malam. Aku sangat berterimakasih.”

“Oh, bukan masalah.” Jawabku singkat lalu beranjak keluar dari mobil tersebut. Aku hendak membuka gerbang ketika suara yang sama memanggilku dua kali. Aku menoleh sementara Kyuhyun keluar dari mobil dan berlari kecil kearahku. Dan ketika ia tepat berhadapan denganku; Ia melayangkan tangan dan menepi diatas kepalaku, merapihkan rambutku dengan kesepuluh jarinya lembut, dan menyampirkan seluruh rambut itu ke pundak kananku.

Perlakuan itu membuatku mematung sampai Kyuhyun menjentikan salah satu tangannya didepan wajahku. “Apa yang kau lakukan?” tanyaku heran.

“Kau bermalam dimobilku. Jika orang tuamu bertanya apa yang kau lakukan semalaman dan mendapati putrinya dengan penampilan berantakan seperti ini, ia akan mengira kita selesai mabuk bersama tadi malam.” Kyuhyun terkekeh setelah menyelesaikan kalimatnya dan bersamaan dengan itu jantungku kembali berdetak kencang. Sesederhana itu alasannya.

 Setelah memberi salam, Kyuhyun kembali ke mobil lalu segera memutar kemudinya meninggalkan aku yang masih berada diposisiku. Hanya ada dua orang pria yang benar-benar menghiasi hidupku selama ini; Ayah dan Minho. Dan memberiku perhatian serta perlakukan yang sensitif seperti itu belum pernah menjadi beban pikiranku sebelumnya. Sekarang ketika seorang pria yang bahkan belum lama aku kenal membelai rambutku, aku merasa hal ini benar-benar suatu yang emosional—melibatkan pikiran dan hatiku sekaligus. Aku mendengus, sebelum berusaha menyadarkan diriku kalau mobil hitam itu telah benar-benar menghilang dari jalan—lalu buat apa aku terus menatapi jalan yang lengang? Entah kenapa semua hal sederhana menjadi sebuah pertanyaan yang mengganggu.

“Apa yang terjadi padamu semalam? Kau benar-benar tidak memberitahu siapapun? Termasuk Ibumu dan Tiffany? Itu bukan suatu masalah yang serius, bukan?” Minho menodongku dengan berbagai pertanyaan setibanya aku dikampus. Sepanjang jalam kami menuju perpustakaan Minho terus berusaha menggali informasi mengenai keberadaan ku semalaman. Entah kenapa terkadang aku ingin selalu pergi menghilang seperti ini didepan Minho, karena hanya dengan itulah Minho akan mencurahkan seluruh perhatiannya padaku. Melihat seseorang yang kau suka mengkhawatirkanmu seperti ini membuat perasaanmu bahagia. Terbentur dari kenyataan kau bukan siapa-siapa dimatanya, hanya teman biasa.

“Seohyun?”

“Ya?” jawabku singkat.

Minho menyipitkan matanya, “apa kau mendengarku?”

“Tentu saja.” Seulas senyum kuberikan pada Minho untuk mengurangi nada khawatir dalam kalimatnya. “Aku hanya membantu seorang teman yang sedang sakit. Aku tidak memberitahu Tiffany atau Ibu karena ponselku mati. Maafkan aku membuatmu khawatir.”jawabku, berdalih.

Minho terlihat ragu sebelum melanjutkan kalimatnya, “Apa kau bisa memberitahu keadaanmu lain kali… Maksudku, jika sesuatu terjadi padamu aku ingin mengetahuinya lebih dulu.”

“Kenapa tidak.”

“Syukurlah.”

Aku menelusuri beberapa rak pada deret kumpulan buku Sains mencari dua buku yang menjadi reverensi tugas yang diberikan Mr. Kim karena keterlambatan ku pada kelasnya. Sementara aku sibuk dengan aktivitas itu, Minho duduk pada salah satu kursi disudut jendela ruang membaca. Sesekali menoleh kearahku dan tersenyum. “Sudah menemukannya? Apa perlu aku membantumu?” tanyanya setiba aku dimeja yang sama—tempat Minho duduk.

“Tidak.”

“Omong-omong, nanti malam kau ada acara?”

“Hm… sepertinya tidak.”

“bagus kalau begitu.  Aku ingin memperkenalkan kau dengan Yuri.”

Apa? Kau bercanda, Choi Minho? Seperti diajak melayang dan diterjunkan dengan paksa dari atas. Awalnya memang indah tapi satu nama itu entah kenapa aku tidak pernah suka mendengarnya. Aku tersentak untuk beberapa detik menatap Minho dengan jengkel. Tidak, tentu saja aku tidak ingin bertemu dengannya. Andai aku dapat menyuarakan pikiranku itu…

 “Nanti malam?”tanyaku lagi.

Minho mengangguk membenarkan. Sebenarnya ia sudah cukup mengatakan itu dengan jelas, hanya saja mencari alasan bukan sesuatu yang mudah bagiku. “Aku… sepertinya…”

Sebelum aku menyelesaikan kebohongan yang hendak aku buat, terdengar nada singkat dari ponselku. Segera aku merogoh tas perak yang menggantung dilenganku, “Maaf, Sebentar.” gumamku ditengah aktivitas itu. Beruntungnya karena suara ponsel itu memberiku alasan untuk berfikir lebih lama.

Apa kau kosong malam ini? Aku ingin mengajakmu makan malam bersama.

Itu Kyuhyun dan tanpa sadar satu senyum sudah terpampang diwajahku. Aku yakin wajahku sudah lebih cerah ketimbang sebelumnya—saat mendengar permintaan Minho untuk mempertemukan aku dengan Yuri, “Tentu saja.” Jawabku lantang.

“Baiklah, aku akan menjemputmu nanti malam.” sela Minho dan mengira itu jawaban atas ajakannya barusan.

“Apa? Minho aku—“

“Kita akan pergi ke Restaurant dan kau boleh memesan sesukamu. Sampai bertemu nanti malam.”selanya lagi. “Aku ada kelas setelah ini.” kata Minho setengah berbisik kemudian berjalan pergi dengan melambaikan tangan beberapa kali sampai tiba diperempatan pintu keluar perpustakaan kemudian menghilang.

Aku  sibuk memikirkan apa yang terjadi tadi; Bodoh sekali. Bahkan aku tidak diberikan waktu untuk menjelaskan barang satu menit saja. Aku menelan ludah yang daritadi seperti mencekik tenggorokanku. Bagaimana ini?

Pada akhirnya aku harus mengucapkan maaf pada Kyuhyun dan membuat hati kecilku sedih mendengarnya.

Cantik, Anggun, dan Menyenangkan. Begitulah kesan pertamaku ketika melihat wanita bernama Kwon Yuri itu. Dengan enggan memang harus aku akui pernyataan Minho—Yuri lebih cantik dilihat dari dekat. Yuri menyapaku hangat dengan seulas senyum yang terus tersungging dibibirnya.

“Sungguh kau lebih cantik dari fotomu, Joohyun.” sahut Yuri membuyarkan lamunanku.

“Apa?” Aku tertawa sekilas kemudian kembali menanggapinya, “Terimakasih. Tapi bagaimana kau bisa melihat fotoku sebelumnya?”

“Tentu bisa. Minho tidak pernah bosan membicarakanmu. Baginya kau topik pembicaraan yang menarik.”

“Aish. Memalukan.” gumamku, mengetuk kepala Minho yang duduk persis disisi kanan tempat aku duduk. “Bagaimana bisa menceritakan aku didepan seorang wanita, kau ini bodoh atau apa?!”

Minho sedikit menjerit sembari mengusap kepalanya, “Ya! Separuh hidupku dihabiskan bersamamu. Bagaimana aku tidak turut menceritakan dirimu juga.”

 “Separuh hidup? Memangnya sejak kapan kalian saling kenal?” potong Yuri.

Pertanyaan itu membuat aku dan Minho saling bertukar pandang sementara Yuri menunggu jawaban dengan antusiasnya. Akhirnya Minho memilih mewakili untuk menjawab, “Sejak lahir, aku sudah hidup berdampingan sebagai tetangga. Namun, ketika ayahku meninggal ibu mulai sering menitipkan aku pada Bibi. Dari situlah kami mulai bersahabat.”

“Yang benar saja itu sungguh waktu yang sangat lama.” Yuri menggelengkan kepala, “Hati-hati kalian bisa jatuh cinta.” Sambung Yuri kemudian tertawa diakhir kalimatnya.

Baik aku ataupun Minho tidak menanggapi pernyataan sensitif itu. Entah kenapa kedua mata Minho berubah menatapku canggung. “Hei, ada apa dengan kalian? Ini hanya lelucon.” Yuri kembali tertawa diikuti dengan Minho beberapa detik setelahnya. Tapi aku tahu dengan jelas bahwa tawa itu ‘sangat’ terpaksa. “Minho, seperti apa Joohyun dimatamu?”

Kurasa wanita bernama Kwon Yuri itu benar-benar ingin mengintrogasi kami.

“Seohyun? Seperti… seorang yang menyebalkan.”

Aku mendengus pelan, “Apa—“

“Seorang yang menyebalkan karena aku tidak pernah dapat mengerti jalan pikirannya. Kadang ia tersenyum melihatku, dan tidak jarang ia menangis juga karenaku. Sayangnya aku tidak pernah mengerti itu. Seseorang yang paling ingin aku lindungi. Dia bisa jadi sahabat, tetangga, adik perempuan, atau ibu yang baik.” Minho menatapku dengan tatapan aneh, kedua alisnya terangkat dan keningnya berkerut. Entah datang keajaiban dari mana Minho bisa menggambarkan diriku sebagai sosok semanis itu. aku dapat merasakan panas yang naik ke kedua pipi ini—berharap tidak segera membuatnya berbuah warna.

Yuri angkat bicara memberi tanggapan sedang aku hanya membalas dengan senyuman, “Aku tersentuh mendengarnya.” Tidak lama, Yuri menoleh kearahku lalu memberikan pertanyaan yang serupa. “Joohyun, bagaimana Minho dimatamu?”

Kedua orang yang berada dihadapanku ini sedang menunggu mulutku terbuka, kenapa suasananya menjadi bak lomba cerdas cermat…

“Sosok yang menyenangkan. Teman terbaik yang hobi membuatku lelah dan khawatir. Seorang yang tidak bisa aku deskripsikan dengan mudah, karena aku begitu mengenalnya.”

“Manis sekali… benar-benar membuatku iri.” kata Yuri menyatukan kedua telapak tangan tepat didepan bibirnya, “Sekaligus mengingatkan aku pada seorang teman lama.” Sambungnya dengan nada lirih. Matanya menunjukan kesedihan dan sebuah penyesalan. Yuri mentap gelas anggur dihadapannya dengan tatapan kosong.

“Sahabatmu? Ayolah Yuri, ceritakan sedikit. Kami sudah banyak bercerita hari ini.”

“Lain kali aku akan langsung memperkenalkan dia pada kalian. Seorang yang menyenangkan diajak berbagi apapun. Sekarang hubungan kami sedang tidak baik.”

Dengan seulas senyum itu kami dapat mengetahui dengan jelas bahwa Yuri memang menghindari pembicaraan ini. Aku atau pun Minho memilih diam sejenak. Menyadari terjadi keheningan karena topik yang dibuatnya sendiri, Yuri kembali bertanya beberapa pertanyaan mengenai hubungan persahabatan kami. Sungguh, sepertinya ia sangat penasaran.

 “Tapi, apa kalian benar-benar tidak menyimpan perasaan satu sama lain? Maksudku.. pernyataanku tadi bukan bukan sepenuhnya lelucon…” sahut Yuri tiba-tiba, disertai dengan nada serius dalam pembicaraannya, “Cinta bisa tumbuh akibat interaksi yang terlalu sering. “ Yuri menatap kami bergantian. Tiba-tiba atmosfer kembali tegang.

“Kami… Tidak… Maksudku, itu belum pernah terjadi.” elak Minho lebih dulu. Deg. Aku berharap segera lenyap dihadapan mereka. Jantung yang tak terkontrol ini membuat air mataku mengumpul dipelupuk. “Belum pernah. Ya, tentu saja. Hahaha—“ jawabku, membenarkan.

“Oh, lupakanlah. Nikmati makanan kalian…” Minho berusaha mengalihkan.

Aku tidak mengerti. Mendengar jawaban Minho itu membuat nafsu makananku sedikit bertambah, rasanya seperti ingin menelan seluruh makanan ini beserta piring dan sumpitnya. Belum pernah terjadi? Itu jawaban yang cukup jelas sekaligus menolak perasaanku dengan halus. Satu yang aku ketahui; Hari ini benar-benar buruk.

Setelah pembicaraan itu kami berhenti berbincang sejenak untuk menikmati pesanan masing-masing. Keheningan itu membuat waktu berjalan lebih cepat dari biasanya. Minho dan Yuri sesekali masih berbicara mengenai suatu hal tentang bernyanyi dan menari—ku pikir itu pasti pembicaraan mereka sebelumnya yang belum selesai. Duduk dikursi yang bahkan jaraknya tidak lebih dari satu meter antara aku dan mereka tetap membuatku merasa terasing jauh. Sementara mulutku masih terkunci rapat, aku menyaksikan mereka yang asyik bercengkrama. Drama ini belum berakhir.

“Oh ya. Minho, Yuri sepertinya aku tidak bisa tinggal lebih lama. Aku harus pulang lebih awal, ibuku menunggu dirumah sendirian.” Kataku setelah menyesap segelas cappucino.

Yuri mengangguk—dengan senyum yang tidak lelah ia berikan.  Minho berniat bangun dari duduknya sebelum aku mencegahnya, “Kau tidak perlu mengantarku, Minho. Sungguh. Nikmati makan malam kalian.”

Minho menatapku tidak yakin. Kemudian memberikan mantel yang menyampir pada kursinya, “Bawa ini pulang, aku tidak ingin kau membeku kedinginan.”

“Tidak per—“

“Berhati-hatilah.” Sela Minho.

“Senang bertemu denganmu, Joohyun.” Kata terakhir yang aku dengar dari mulut Yuri.

Aku tidak langsung mengenakan mantel milik Minho hanya melingkarkannya pada pundakku yang tidak tertutup gaun. “Ya, aku juga. Selamat tinggal.” Sahutku. Jahat sekali, tapi sungguh aku tidak merasakan kesenangan bertemu dengan wanita bernama Yuri itu. Maaf.

Aku melambaikan tangan sebelum benar-benar keluar dari restaurant itu, sesekali mengintip dari balik punggungku. Melihat mereka duduk berdampingan membuatku iri—aku tentu sudah sangat sering makan bersama Minho, berdua saja. Tapi mereka terlihat berbeda dan aku pun benci melihatnya langsung.

Jarum jam pendek menunjukan bahwa sore sudah menjelang tepat ketika ibu datang kekamarku dengan nampan yang berisi segelas susu dan semangkuk sereal cokelat kesukaanku.

“Cepat makan dan bergegas mandi. Ini adalah hari sabtu, lupakan tugasmu sejenak.” sahut ibu membuka tirai yang masih tertutup. Membiarkan cahaya matahari masuk diantaranya. Aku yang tengah tertelungkup diranjang dengan laptop dan beberapa kertas tugasku tersentak ketika terang dari cahaya menyergap mataku, memaksaku segera membuka mata lebar-lebar. “Ibu, tolong tutup jendelanya.” pintaku dengan nada memohon, kemudian segera beralih pada layar laptopku kembali. “Lagipula hari ini aku tidak ada acara apapun.” Sambungku lagi.

“Hei, kau ini. Jangan malas-malasan! Siang sudah akan berakhir bahkan kau belum bergegas keluar dari ranjangmu. Cepat bersihkan dirimu.” Ibu menarik-narik selimut yang menutupi sebagian tubuhku. “Ada seseorang didepan sudah menunggumu. Cepat.” Sambung ibu dengan nada sedikit berbisik.

Aku menoleh,”Siapa?” tanyaku penasaran.

“Entahlah, ibu tidak pernah melihatnya. Teman barumu mungkin.” Jawab Ibu ragu. Aku bergegas keluar dari ranjang menggapai handuk yang tersampir pada gantungan didinding lalu menuju kamar mandi. Dengan pikiran dipenuhi tanda tanya mengenai siapa pria yang menungguku diluar, aku membersikan diri lebih cepat dari biasanya.

Setelah hampir lima belas mengesampingkan rasa penasaran aku keluar menuju ruang tamu untuk melihat siapa orang yang menungguku diluar sana. Dari dapur sudah terdengar suara ibu yang asyik mengobrol dan sesekali tertawa ringan dengan seorang pria—yang bisa jadi merupakan tamuku tadi. Aku mengintip dari balik dinding yang membatasi antara ruang tamu dengan dapur.

“Kyuhyun? Kau sedang apa?” tanpa sadar aku menyuarakan pikiranku.

Kedua orang yang asyik mengobrol itu manatapku heran, “Kau yang sedang apa bersembunyi disana?” sahut ibu kemudian terkekeh, sementara Kyuhyun hanya tersenyum.

“Ah, tidak.” Aku mengusap kepalaku yang tidak gatal, menunduk menatapi lantai. Bodoh, berniat untuk mengintip malah seperti ini. Aku mendengus kesal sekaligus malu. Lalu segera duduk tepat disebelah ibu. “Ada apa mencariku?” sambungku melempar pandangan pada Kyuhyun dengan tas kamera menyampir pada pundaknya.

“Aku ingin meminta izin pada ibumu. Mengajakmu jalan-jalan untuk menemaniku.”

Ibu tersenyum, sementara alisku terangkat heran. “Oh. Kenapa tidak menghubungiku dulu?”

Sekali lagi ibu tersenyum, “Kenapa kau cerewet sekali, Seohyun. Cepat temani Kyuhyun. Ia sudah lama menunggumu.” Sela Ibu.

Setelah mengambil beberapa perlengkapan dan memasukannya kedalam tas, aku kembali ke ruang tamu lalu beranjak pergi. Ibu melambai dan memberikan beberapa pesan sebelum mengantarkan kami menuju mobil Kyuhyun yang terparkir tepat didepan gerbang.

“Ada apa denganmu?” tanyaku pada Kyuhyun yang tengah fokus pada jalanan didepannya. Kami sudah hampir jauh meninggalkan rumah menuju suatu tempat yang aku pun tidak mengetahuinya. “Kenapa kau datang kerumahku?” tanyaku lagi setelah menuggu dan tak ada satu patah kata pun keluar dari mulut Kyuhyun.

“Mengantar sekotak kue yang kau tinggal dikursi mobilku.”

Oh ya, kue Mrs. Choi. Aku menoleh menatap pria disampingku yang menunjukan ekspresi datarnya. “Terimakasih.” sahutku. Kyuhyun hanya mengangguk lalu tersenyum, “Omong-omong ibuku itu bawel sekali. Kau tidak merasa terganggu, bukan?” gurauku, kemudian tertawa ringan.

“Sama sekali tidak. Ia sungguh sangat ramah.”

“Benarkah? Oh, aku tidak menyangka ada yang mengatakan itu.” gurauku lagi. “Lantas, kita mau kemana sekarang?” tanyaku pada Kyuhyun. Menyuarakan pertanyaan yang mengganjal pikirianku sedaritadi itu. “Kau juga membawa kamera? Untuk apa?” Sambungku lagi setelah menengok tas kamera hitam yang tergeletak dikursi belakang. Sepertinya aku menjadi orang yang benar-benar bawel dimatanya sekarang.

“Awalnya aku hanya ingin mengembalikaan kue itu lalu bergegas pergi hunting beberapa foto untuk pameran fotografi dikampusku. Setelah menimbang-nimbang ku pikir ditemani seseorang tidak terlalu buruk.” Kata Kyuhyun, menjelaskan.

“Oh.” Jawabku tanpa suara.

“Kau tidak keberantan?” sambung Kyuhyun.

“Tentu tidak. Asalkan aku mendapat makanan gratis.” Sahutku tanpa menoleh kearahnya. Aku mendengar Kyuhyun tertawa pelan kemudian mengiyakan. Aku membuang pandangan pada jalanan yang terletak disisi jendela. Entah kenapa pikiranku selalu meneriakan kata ‘kencan’. Padahal aku tidak merasa ini adalah kencan kami yang pertama. Ah, memalukan sekali harus berfikiran seperti itu. aku berusaha dengan kuat mengelakkan segala macam bayang-bayang indah yang mendeskripsikan kata kencan. Menolak dengan keras pikiranku yang terus meneriakan kata itu sepanjang perjalan.

Kyuhyun menepikan mobilnya pada sisi jalanan. Kemudian turun lebih dahulu, membuatku menyusulnya. Ia menggantungkan sebuah kamera dilehernya. Dan membidik beberapa pemandangan yang menurutnya menarik.

Aku menghela nafas panjang kemudian mengikutinya dari belakang bak bodyguard tanpa diajaknya berbicara barang satu patah kata. Aku masih bertanya-tanya kenapa ia perlu mengajakku ketika ia harus memfokuskan dirinya pada kamera dan pemandangan yang ia cari itu. aku sama sekali tidak merasa berguna berdiri dibelakangnya sekarang. Lalu kenapa hari ini ia nampak seperti seorang yang pendiam?

“Aduh,” keluhku. Ketika tanpa sadar kepalaku mengenai punggung bidang Kyuhyun. Aku terdorong mundur dua langkah sementara Kyuhyun tetap berada pada posisinya. Membiarkan pikiranku dipenuhi pertanyaan dan terhanyut dalam lamunan membuat jalan tidak lagi menjadi perhatian. “Maaf.” Sahutku mengusap kening dengan salah satu tanganku sementara tangan yang lain menggengam tas tangan berwarna peach yang senada denganblus yang aku kenakan.

Klik! Terdengar suara jepretan kamera dengan jelas. Dan setelah itu, beberapa kali terdengar suara yang sama. Aku mendongak menatap Kyuhyun, “kau sedang apa?” tanyaku ketika Kyuhyun tengah sibuk memfokuskan gambar pada layar kecil dikameranya.

Klik! Entah untuk keberapa kalinya ia mengarahkan kamera pada wajahku. “kau sedang apa?” tanyaku lagi.

“Tidak.” jawab Kyuhyun singkat, kemudian beralih memunggungiku lagi. Perlakuan tadi jelas membuatku kesal dan memutuskan kembali pada jalan yang kulalui sebelumnya, lalu duduk disebuah bangku taman yang terletak dibawah sebuah pohon rindang. Sepoi angin yang mengelitik rambutku terasa sangat sejuk ditengah sinar matahari yang terik. Aku merentangkan kedua tanganku  pada lengan bangku tersebut. Memejamkan mata dan membiarkan angin membawamu menikmati siang membuat pikiranku jauh lebih baik dibandingkan mengikuti seseorang yang memang sedang tidak mebutuhkanmu berdiri disisnya.

“Ah, nyaman sekali.” Entah untuk keberapa kalinya aku menyuarakan pikiranku yang mulai tenang. Beberapa menit berlalu tanpa membuatku bosan menikmatinya.

Aku tersentak tepat ketika aku mebuka mata dan Kyuhyun sudah ada disana—duduk manis memandangiku. “Sudah selesai?” tanyaku padanya.

Kyuhyun memberi seulas senyum, “Ya. Terimakasih karena menemaniku.,”

“Aku tidak menemanimu. Kau berjalan sendirian mencari pemandangan sedangkan aku hanya membuntutimu dari belakang.” elakku.

“Aku minta maaf.” sahut Kyuhyun sembari memainkan kesepuluh jarinya, “Sebenarnya banyak yang sedang aku pikirkan akhir-akhir ini. Kehidupan yang tidak jelas, masalah yang tak pernah selesai dan cinta yang tidak terbalas. Hari ini aku hanya ingin melepas semua masalah itu sejenak.” sambung Kyuhyun, bercerita.

Aku memilih diam untuk meberikan kesempatan padanya melanjutkan. Kyuhyun tersenyum samar, “Maaf membuatmu jengkel hari ini. Aku hanya ingin seseorang menemani… dihari ulangtahunku.”

Ulangtahun?Aku kembali tersentak dan untuk beberapa detik mulutku masih terkatup. “Maaf menjadikan banyak alasan untu mengajakmu kemari.” sambung Kyuhyun lagi.

“Hari ini ulangtahunmu?” tanyaku, masih tidak percaya.

Kyuhyun mengangguk dua kali, “Oh, kau tidak ingin mengucapkan selamat? Aku belum mendapat satupun ucapan selamat dari seseorang.” Kyuhyun tertawa diakhir kalimatnya, berusaha tidak terlihat sedih ketika mengucapkan kalimat terakhirnya.

Jujur, aku miris sekali mendengarnya. Sebenarnya aku penasaran kemana kedua orang tuanya, keluarga, teman terdekat atau kekasih Kyuhyun. Kenapa ia tidak merayakan bersama mereka? Tapi tidak ingin membuat lelaki yang berulang tahun ini bertambah sedih menceritakan kisahnya aku lebih memilih diam, hingga ia dapat menceritakan hal itu dengan sendirinya. Entah kenapa aku sendiri yang ingin menangis memikirkannya. “Selamat.” kataku dengan suara serak, rasanya sulit sekali berbicara lebih banyak.

“Terimakasih.”

Untuk beberapa detik keheningan terjadi diantara kami. Baik aku atau Kyuhyun tidak ada yang memulai pembicaraan apapun sampai aku menengok jam yang melingkar ditanganku. Tidak terasa hampir dua jam kami menghabiskan waktu ditaman ini, “Mari kita merayakannya!” seruku beranjak dari kursi hendak masuk kedalam mobil.

Kyuhyun tersenyum samar, “Tunggu apa lagi?” tanyaku menatap Kyuhyun yang masih diam ditempatnya.

Kami berjalan-jalan sebentar lalu makan—menghabiskan dua voucher ramyun yang tersisa, kemudian mampir untuk membeli dua buah anggur sebagai pelengkap pesta kecil kami dalam rangka merayakan hari ulangtahun Kyuhyun hari ini. Dua puluh menit setelah beranjak dari swalayan kami tiba pada sebuah toko kue kecil disebrang jalan. Langit kota Seoul sudah mulai berubah gelap dengan suhunya yang juga berubah beberapa derajat memaksaku melilitkan sebuah syal untuk menghindari dingin yang mulai menusuk tubuh.

“Ini tempatnya?” tanya Kyuhyun setelah mematikan mesin mobilnya.

Aku mengangguk, “Ya. Aku suka semua kue disini.”Aku segera keluar dari mobil lalu berdiri didepan toko dan mengintip kedalam dari jendela. Tidak lama kemudian Kyuhyun sudah berada dibalik punggungku. “Kue?” tanyanya lagi.

“Ya. Ulangtahun tiada artinya tanpa kue.” sahutku.

Kyuhyun masih terlihat ragu, “Sebenarnya aku jarang membeli kue diulang tahunku sendiri.” gumamnya dengan kening berkerut.

Aku yang sudah berada di pintu depan toko, menoleh dan menatap Kyuhyun dengan alis terangkat heran, “Kau tidak membelinya untuk dirimu sendiri. Aku yang akan membelikan untukmu. Kau hanya perlu memilih.”

Kyuhyun masih tidak bergerak dari tempatnya. Aku mendesah dan melangkah menghampiri Kyuhyun. “Ayolah. Kau sedang menunggu apa?” sahutku lalu menyelipkan lengan disalah satu sikunya yang ditekuk, kemudian menariknya masuk.

Aku membiarkan tanganku meluncur dari lekukan siku Kyuhyun kearah pergelangan tangannya dan meraih lengan jaket yang ia kenakan lalu kembali menariknya memasuki pintu yang kini sudah terbuka. Kyuhyun masih diposisinya mentapiku yang berusaha mendorongnya masuk.

“Oke. Oke. Baiklah.” gumam Kyuhyun. Tiba-tiba ia memutar pergelangan tangannya dan menggengamku. Erat. “Ayo kita lakukan sesuai keinginanmu.” Aku menunduk menyembunyikan seulas senyum dalam syal merah mudaku.

Aku yakin jantungku sempat berhenti beberapa detik ketika tangan Kyuhyun menyentuh tanganku. Aneh, rasanya sekarang aku merasa hangat pada malam ini. Suhu toko yang memang berbeda atau suhu tubuhku yang berubah, entahlah. Aku mendongak menatap Kyuhyun. Pria itu sama sekali yang tidak menunjukan ekspresi apapun namun entah kenapa aku tetap membiarkan tangan ini terus menggenggamku bahkan hingga kami beranjak keluar.

Bunyi kedua gelas yang bertemu terdengar nyaring diruangan yang kosong itu. Kedua mata yang saling mentap serentak melemparkan seulas senyum satu sama lain. Setelah meniup lilin dan memotong kue kami pun meneguk anggur sebagai tanda perayaan. Karena tidak bisa meminum banyak, aku tidak menghabiskan gelas yang bahkan baru sekali aku teguk itu. Aku menaruh gelas anggurku yang masih terisi, kemudian menggantinya dengan gelas orange jus yang sudah ku persiapkan lebih dahulu.

“Selamat ulang tahun, Cho Kyuhyun.” Sahutku ketika hendak bersulang untuk kedua kalinya.

“Terimakasih banyak.”

Tidak lama berselang, aku mendengar bunyi ponsel dari tas tangan yang aku letakan diatas meja ruang tamu itu. Panggilan dari Minho; begitulah yang tertulis dilayar. Aku menoleh kepada Kyuhyun sebelum menerima panggilan dari Minho itu, setidaknya meminta izin ditengah pesta perayaan kecil kami. Kyuhyun mengangguk dua kali kemudian aku beranjak pergi beberapa menjauh setelah meraih ponsel.

“Halo, Minho. Ada apa?”

“Kau tidak ada dirumah?” tanya Minho dari sebrang sana. “Baru saja aku dari rumahmu. Ada yang ingin aku bicarakan.” Sambungnya tiba-tiba merubah nada menjadi serius.

“Ada apa ini? Serius sekali.”

“Tentang video yang kemarin kau berikan padaku.”

“Oh ya. Video pertandingan awal musimmu. Bukankah aku sudah menepati janjiku?” alisku terangkat, heran. “Bagaimana? Kau sudah menontonnya?” tanyaku lagi.

“Minho?” sapaku setelah jeda sejenak.

“Aku ingin bertanya. Apa… sebelumnya kau telah mengenal Yuri?” tanya Minho tiba-tiba.

“Apa maksudmu? Kemarin malam aku baru bertemu dengannya untuk pertama kali. Aku tidak mengerti kau—“

“Lalu mengapa dalam video itu kau terfokus pada Yuri didalam pertandingan? Maksudku… kau memang merekam pertandingan, tapi kau dengan jelas menangkap gambar Yuri dari dekat beberapa kali. Bahkan hampir terbilang sering sekali kau mengarahkan kamera kearahnya.”

Aku tersentak kaget. Itu bukan rekaman milikku, tapi aku tidak dapat mengakuinya. Saat menontonnya juga aku tidak pernah benar-benar memerhatikan rekaman dalam video itu, karena aku hanya fokus melihat Minho yang berada dilapangan. Bahkan aku tidak peduli apapun yang tertangkap kamera selain itu.“Kau yakin itu adalah Yuri?” elakku mencoba mencari alasan.

“Seohyun, apa kau ingin menjelaskan sesuatu padaku?” tanya Minho curiga.

Aku jelas tidak tahu mengenai hal ini. Apa yang harus aku katakan? Aku menoleh pada pria yang tengah meneguk gelas anggurnya dari balik punggungku. Mungkin masalah aku mengenal Yuri atau tidak sebelumnya memang menjadi pertanyaan besar dibenak Minho, tapi yang sangat menggangguku adalah alasan kenapa Yuri selalu menjadi fokus dari rekaman itu. lantas, apa hubungan mereka?

Entah kenapa tubuhku menegang. Ada yang harus aku tanyakan pada Kyuhyun…

To Be Continue

 

41 respons untuk ‘Enchanted (Part. 5)

  1. huaaaa~
    eoddeohge???
    bgmn ini?
    sdh ku duga ad sesuatu antara kyuhyun oppa dan yuri eonni.. +_+
    cinta yg tak brbalas.. suram!
    jgn2 kyuhyun oppa mabuk krn liat minho sma yuri mkn brg?
    aigoo.. gmn klo yuri ngajak kyuhyun oppa ktmu minseo?
    complicated..
    T.T

  2. kyu oppa suka sama yuri tapi cintanya berpetuk sebelah tangan.. omo jangahn dong.. kyu oppa sama seo aja yah,,,
    wah bakaln ribet nih.. kisah cintanya…
    ditunguu lanjutannya

  3. Jadi cewek masa lalu kyu itu Yuri? (˘̩̩̩⌣˘̩̩̩)
    Enak ya jadi yuri direbutin 2 cowo ganteng mauuu
    Hehe
    Lanjut chingu,jangan buat kyu sama yuri lagi ya hehe

  4. Ohhhh jadi yeoja yg blm bs dilupain kyu itu yuri -,-
    seo kasian bgt dong :’ (
    minho sukanya sm yuri, trs kyu jg msh ada rasa sm yuri…
    dbikin lebih dramatisir kyk’a keren thor #plak X)
    jadi seo dbikin pnya rasa minder gtu, ga ada yg suka sm dia tp sbnernya engga(?) #apadeh -,-
    lanjuuuuuuuuut! =D

  5. Mulai terungkap nih dikit2 siapa yeoja yg udah buat Kyu segitu frustasinya sampe mabuk kmrn -_-
    Td Yuri blg persahabatan MinSeo mengingatkan dy sama teman lamanya yg skg hubungnnya lg tidak baik,pasti yg dimaksud itu Kyu..
    Jangan2 Kyu bernasib sama ky Seo,cuma dianggap “sahabat” oleh org yg mereka cintai :((
    Gpp dh itu lebih bagus,krn dgn gt SeoKyu makin tambah deket 🙂

  6. ah berarti teman yang diceritain yul itu kyu.. trus kyu suka yuri gt? berarti alasan kyu nonton musical wktu itu gara2 yul donk.. wah semakin seru.. SeoKyu cintanya sama2 bertepuk sebelah tangan… Lanjut ya…

  7. Kyaaaaaaaaaaaaaa!!!!!
    Jadi bener kan pikiranku kalo Chokyu suka sama Yuri? dan sepertinya Yuri jg suka Chokyu deh.ANDWAAAEEEEEEE!!!

    Sediih banget waktu Chokyu ultah gada yg kasih ucapan sama kayak aku waktu ultah kemarin (╥_╥)

    pokonya aku gamau tau next part harus banyak SeoKyu moment *reader cerewet* (`˘⌣˘)-c<´⌣`)▶

    Update soon and keep writing!! 😀

  8. Ahh ~ kyuppa ska sma yuri ?
    Trus org yg di maksud yuri itu sp ? Kyuppa kah ?
    Sebenerny seo ska ga sma kyu ? Trus kyu nganggep seo apa ?
    Aish ~ rumit bged -_-
    next__

  9. waaa… orang yg ga bisa dilupain ma kyuppa tuh yuri t’nyata…
    andwaeee…
    nih makin kasian ma seo dua cowok yg deket ma dia malah suka ma yuri..
    lanjutt

  10. Again, yuri jadi rival untuk seohyun dalam masalah ini.
    Ohh, aku harap kyu bener” segera tumbuh perasaannya untuk seo.
    Ga tahan liat seo yg bertepuk sebelah tangan dengan 2 namja yg dicintainya.
    Ditunggu next partnya ya eonni..

  11. .cingu jngan bilang orang yg di skai kyupa tu yuri-_-
    huh knpa smua ska ma yuri
    plis bwt da yg ska ma seoni
    next partnya

  12. anneyong. .
    reader baru, afifah imnida 93’line . karena aku maraton bca ff ini jd komennya d sini aja ya. .^^
    Aku suka bgt ff kamu lho, soalnya cma pake 1 pov aja. Jd karakter yg lain tu terselubung(?), jadi ngebuat aku brexperimen eh, brimajinasi sndiri ngbyangin prasaan cast lainnya.
    Ff ini daebak bgt. Bhasanya rapi dan rinci . .
    Kira* flashback hbngan kyu ama yul kapan d ungkap ? #readersotoy
    pkoknya update soon ajalah ya.ya.ya#maksa, d gorok author
    Hahahah

  13. Tuh kan tebakan gw nyata ada yuri d balik kyu whahahahah……
    Sama dong kisah’y kaya minseo ma kyuri sama2 shabtan terus suka2n ….wah hayu d lanjut
    seo naksir kyu asekkk…tapi g etis jg klo cewek yg nembak duluan y wjkkkkkk semoga kyu jg mulai naksir seomma

  14. Ping-balik: Enchanted (Part. 6) « Our Craziest Think

  15. kyuppa suka ma yul eon?
    kenpa seo lagi” di kecewain gni..
    andwae.. pokoknya kyuppa harus hilangin perasaan sukanya ma yul unnie. yul unnie ma minho aja.

  16. Woww
    daebak
    nice ff
    ak nunggu2 ff ini akhirnya d publish jga

    hmm.kyanya minho jga ska SEO cuma.dia blum sadar aj
    dia krng bisa ngartiim perasaannya sndri n perhatian ornh k.dia
    kyaaaa SEOKYU moment
    banyakin SEOKYU moment plis
    Mereka mulai tertarik satu sma lain. So sweet

  17. Sedih banget seo unnie.
    Udh lupain minho sama kyu oppa aja
    Kyu oppa juga lupain yuri.biar trs sama seo unnie
    Lanjut author fighting 🙂

  18. kyu ada hubungan apa ama yul??
    apa kyu suka sama yul??
    ck… trus seo gimana?? dua namja sekalis? ya tuhan…

    miris bgt eonni…
    oh, ya… salam kenal eonni author 🙂 mian bru koment di part ini 🙂 #bow

  19. Aigo…apa masalah itu akan jadi pertengkaran antara seo dan minho yah,setelah tau akan hal ini apa hubungan antara kyupa dan seohyun akan merenggang yah?kasian kyupa dihari lahirnya ga ada satu pun yg ngucapin selamat

  20. Huh tebakanku bakal menjadi kenyataan di ff. Cinta tak berbalas baik seo kepada minho ataupun kyu kepada yuri dan pastinya kyu dateng ke pentas musik mau liat yuri. Aigo

  21. Ping-balik: Enchanted (Part 8/End) | Our Craziest Think

  22. Beuhhhh….kompleksssssSs
    Н̣̇ǚƑƑ†ћћ °◦°◦° ,(•͡˘˛˘ •͡) tapi ƍäª bosen buat bacanyaa

  23. dan akhirnya benar2 terjadi yah…
    ahhh aku berharap kyuhyun udh bisa ngelupain yuri.. trus masalah sifat minho ke seo pun itu gabisa ditebak sama sekali.. sebenernya dia jg suka ga sih? ahh penasaraaan

  24. apa yang dimaksud wanita yg gbs dilupain kyu itu si yuri? makanya auto focus kamera ktu selalu ke yuri? jangan bilang si kyu juga kaya seo, cinta sebagai namja-yeoja dalam persahabatan? buktinya kata yuri waktu ngmg sm minho dan seo hub dia sama sahabatnya lg buruk… apa karena kaya gitu juga?
    aigooo bingung aku eonni… kisah mereka rumit seokyuminyul 😦
    next baca aja deh……

Tinggalkan komentar