Enchanted (Part. 4)


Seo Joohyun/Cho Kyuhyun/Choi Minho & The others cast. | Romance & Friendship | PG-15.

Original by adillaSB (twitter & facebook ):

(Baca juga cerita sebelumnya Enchanted-Part 1 , Enchanted-Part.2Enchanted-Part 3 )

“Bagi Seo Joohyun mengutarakan perasaannya bukan sesuatu yang mudah. Saat persahabatan mereka dipertaruhkan, Seohyun merasakan ada yang salah dengan dirinya.”

“Cobalah lihat aku sebagai wanita. Bukan sebagai tetangga, teman atau sahabat kecilmu.”

“Terdengar seperti kau mepertaruhkan persahabatan kita, Seohyun. Hei, ada apa denganmu?” tanya Minho heran, terdengar nada serius dari ucapannya. Aku tahu sekali bagaimana Minho dan ia tidak suka melihat seseorang meremehkan persahabatan kami.

“Ada yang salah dengan diriku. Aku mohon bertandinglah denganku, Choi Minho.” Kataku dengan nada memohon. Mungkin aku terlihat sangat bodoh dimata Minho sekarang tapi akan sangat bodoh lagi ketika aku harus menangis karena tidak melakukan ini.

“Baiklah.” Jawab Minho yang kini berada tepat dihadapanku. Ia merebut bola dan melemparnya. Seketika bola itu melambung tinggi keatas.

Aku tidak jago dalam urusan seperti ini. Tapi bukan berarti aku tidak tahu teknik-teknik dasar permainan basket. Minho memang bukan tandinganku, aku sadar betul hal itu. Namun, bukan juga berarti aku akan mengalah sebelum bertanding.

Bola orange itu sudah kehilangan gravitasi dan turun kearah kami. Minho mengapainya dengan mudah karena postur tubuhnya yang lebih besar dariku. Segera Minho menggiring bola ke salah satu ring yang terdekat, lalu aku berlari menghalaunya. Minho melakukan pivot untuk menyelamatkan bola dariku yang terus berusaha menggapai bola itu. Dan akhirnya bola tersebut berpindah tangan. Aku menggiring bola masuk, setelah sampai dalam lingkaran aku memantulkan bola dua kali lalu melempar bola tersebut menuju ring. Minho bergerak cepat mengambil bolaku, tidak butuh usaha yang besar bola itu kembali dikuasainya. Kemudian Minho melakukan lay-up dan saat itu waktu seakan berhenti. Aku hanya dapat menyaksikan sekaligus berdoa agar ada keajaiban yang membuat bola itu tidak masuk dengan benar.

“Yeah!” sorak Minho mengepalkan kedua tangannya dan merentangkannya keudara.

Aku memegangi kedua dengkul, rasanya aku berjuang cukup keras hanya untuk satu poin tadi. Minho menghampiriku dengan ekspresi gembiranya. “Mau ku gendong?” tanya Minho meberi tawaran.

Aku menggelengkan kepala. Minho tidak menggubris, langsung merangkul tubuhku lalu mengangkatnya dengan mudah. Kini aku dalam gendongan Minho seperti bayi—hal yang  tidak lagi aku rasakan selepas aku meninggalkan sekolah dasar dan mulai melihat Minho sebagai anak laki-laki. Tidak terasa lengannya semakin besar dan kuat.

 “Kau tidak perlu mengajakku bertanding hanya untuk menyuruhku berkencan dengan Yuri. Kau berbicara seperti biasa pun aku akan mendengarkannya.” Ujar Minho ketika kami beranjak pulang.

“Apa—“

“Sudah tahu tidak bisa menandingiku, tapi masih saja mengajakku bertanding. Memohon segala, apa itu tidak berlebihan?” Minho terkekeh kemudian beralih menatapku, “Dulu aku memang pemalu, bahkan kau harus memohon padaku agar aku setuju masuk ke klub basket. Tapi apa kau tidak menyadari aku sudah bertambah besar seperti ini?”

“Minho, tadi—“

“Sudah. Sudah. Jangan lakukan ini lagi. Apalagi menjadikan persahabatan kita sebagai umpan. Kalau kau benar-benar ingin aku berkencan dengan Yuri, aku akan senang hati melakukannya. Kau tidak perlu meminta dengan cara seperti itu.” jelas Minho lagi.

Polos, bodoh atau apa sih pria yang menggendongku ini? Bahkan setelah dua belas tahun dia mengenalku, ia belum benar-benar memahami aku. Sekarang disaat aku telah mengumpulkan keberanian untuk mengatakan hal memalukan ini padanya, ia hanya menganggap aku berupaya membujuknya untuk mengajak Yuri berkencan. Tuhan, bagaimana bisa ia berfikiran sesimpel ini?

Aku mendengus kesal, mendangak menatap wajah Minho yang dilatar belakangi oleh langit malam tanpa bintang. Menyaksikan hal yang menjadi pemandanganku selama bertahun-tahun itu membuat aku tersadar: Kita memang tidak pernah cocok, Choi Minho.

Aku sedang meneguk susu ketika suara klakson mobil Minho terdengar dari luar rumah.

“Ibu, aku pergi!” Seruku pada ibu yang masih sibuk dengan masakan paginya. Tadi malam ibu baru saja tiba setelah melewati hampir satu bulan untuk kunjungan ke Jepang. Ibu bukanlah orang yang sibuk tadinya, sebelum  dua tahun lalu perusahaan yang dipegang ayahku medapat kemajuan besar sehingga dapat bekerja sama dengan sebuah perusahaan di Jepang. Sejak itu, ibu bekerja sebagai CEO dan terkadang harus meninggalkan aku barang satu atau dua bulan untuk mengurus pekerjaannya.

“Kau buru-buru sekali, sayang? aku baru saja membuat nasi omlet. Kau tidak ingin makan dulu?”

“Ibu , aku tidak ingin Minho menunggu. Masukan saja ke kotak, aku akan membawanya.”

Dalam beberapa menit ibu sudah datang menghampiriku dengan tiga buah kotak makanan. Setelah memberi salam, aku segera menemui Minho yang tengah menunggu didalam mobilnya. Aku memang sudah biasa berangkat bersama Minho ke kampus. Jika liburan kemarin aku dapat menyetir menuju gymnasium, itu karena ibu meninggalkan mobilnya digarasi ketika ia pergi ke Jepang. Selepas itu, Minholah yang mengantarkan aku kemana pun.

“Untuk sarapan. Nasi omlet kesukaanmu.” Kataku setelah duduk dengan sabuk pengaman dikursi penumpang. Aku menaruh ketiga kotak tersebut dikursi belakang.

Minho memainkan lidahnya, “Yummy!”

Beberapa menit setelah melewati keheningan diperjalanan antara aku dan Minho, terdengar bunyi singkat dari ponsel milik Minho. Sambil memutar kemudi dengan satu tangan Minho merogoh sakunya dengan tangan lain. Bahkan ia tetap membaca pesan itu disaat ia sedang mengemudi. “Itu Yuri!” tebakku dalam hati. Aku memutar bola mata setelah menatapnya jengkel. Minho dengan cepat membaca pesan tersebut, kemudian beralih kembali pada jalanan dihadapannya. “Oh, aku sudah tidak sabar.” gumam Minho.

Aku mendengus pelan, beralih pada pemandangan diluar jendela. “Oh ya, nanti malam ibuku akan tiba di Korea. Rencananya aku akan buat pesta penyambutan, ibu bilang kau harus berada disana.” Terdengar nada antusias dari Minho ketika mengucapkan kalimat terakhirnya

“Benarkah? Wah, tentu saja. Senang sekali bisa ikut menyambut kepulangan bibi.” kataku tak kalah antusias. Aku merasa tidak enak hati karena memikirkan sesuatu yang buruk, jelas-jelas pesan tersebut adalah kabar gembira dari bibi. Ah, cerita cinta Minho itu membuatku terus berburuk sangka padanya. Cemburu. Yah, ku kira seperti itu lebih tepatnya.

“Ibu menanyai kabarmu terus. Seperti kau anak perempuannya saja.”

Aku membalas dengan seulas senyum. Tentu saja aku dan bibi sangatlah dekat. Berbeda dengan ibuku, Bibi sudah bekerja sejak kami masih duduk di Sekolah Dasar. Semenjak kepergian ayah Minho, bibi menghabiskan banyak waktu dikantornya. Minho jelas terbiasa dengan itu walaupun pada awalnya aku sering sekali menemui ia mengangis diam-diam setelah menerima kabar bahwa ibunya tidak akan menemani nya malam itu.

“Video pertandingan awal musimku… Apa kau masih menyimpannya?“

“Oh itu. tentu saja, aku akan membawanya kerumahmu nanti.”

Kini Minho yang mebalasku dengan seulas senyum dan menoleh padaku untuk sekian detik, “Ah, itu Tiffany.” Minho menepikan mobilnya pada trotoar dan Tiffany sudah berdiri disitu sambil melambaikan tangan.

Beginilah yang terjadi setiap pagi. Setelah Minho menjemputku, kami akan menunggu Tiffany untuk berangkat bersama. Persahabatan yang manis, bukan? Siapa sangka aku hampir merusaknya tadi malam.

“Hei, apa itu kotak makanan dari bibi? Seohyun-ah, sampaikan terimakasih kami pada bibi. Bahkan sampai kita kuliah pun, bibi tidak pernah lupa membawakan kami bekal.” Kata Tiffay mengintip isi salah satu kotak yang berada dikursinya.

“Akan aku sampaikan.”

 “Omong-omong, nanti siang kalian boleh pulang duluan. Aku akan ke teater, musikal kami sudah semakin dekat. Ah, Lelah sekali.”

“Oh ya? Padahal aku berniat mengajak Yuri makan siang. Sepertinya dia juga akan sibuk.”

Baik aku atau Tiffany memilih tidak menanggapi. Minho melanjutkan kalimatnya, “Tapi aku tidak tahu ia akan memulai latihannya siang ini. Mungkin aku masih punya waktu.”

“Bodoh!” Tiffany mengetuk kepala Minho dengan salah satu kotak makanan kami. “Sudah pasti ia akan sibuk. Lagipula kenapa kau tidak mengajak Seohyun saja. Ia tidak ada kelas lagi siang nanti. Aish, kau ini!”

Minho melepas salah satu tangan dari kemudinya, kemudian mengusap pelan kepalanya. “Oh ya. Seohyun. Kau tidak ada kelas? Mau makan bersama?”

Aku melihat nada canggung itu, “Tentu saja aku juga sibuk. Mr. Kim memintaku menemuinya.” Elakku. Aku jelas sangat ingin makan siang bersama, tapi kalau dijadikan opsi cadangan seperti ini… Aku juga enggan. Lagipula semalam aku sudah berjanji untuk membantu kencan mereka karena aku telah kalah melawannya. Walau Minho tidak menganggap perandingan semalam sebagai sesuatu hal yang serius, tapi tidak bagiku.

“Aku tidak pernah tahu kau sibuk. Bukankah penelitianmu dengan Mr. Kim sudah selesai?” tanya Tiffany curiga. Seharusnya aku tidak berbohong didepan Tiffany, percuma saja.

“Entahlah. Aku juga tidak tahu ada apa. Maaf aku juga tidak dapat menemanimu. Sudah, coba dulu ajak Yuri-mu itu.” kataku. Tiba-tiba aku juga merasa canggung dan suasana dalam mobil pun hening bahkan samapai kami tiba lalu berpisah diarea parkir.

Tidak ada yang aku kerjakan selain membolak balikan tiap lembar dalam buku Psikologi yang memiliki ribuan lembar itu. Aku datang ke perpusatakan hanya sebagai alih-alih jika bertemu Minho nanti, aku akan memperlihatkan seolah aku sibuk dengan tugas dan beberapa buku ini. Aku sendiri mengambil sembarang keempat buku yang ku letakan dimeja. Aku sadar betul bahwa aku bahkan bukan seorang mahasiswi Psikologi, kenapa harus membaca buku ini? Konyol sekali.

Berfikir Minho akan mencariku disiang ini adalah kesalahan terbesar. Bagaimana pun ia memang tidak berniat mengajakku makan bersama, tentu ia tidak akan menyelidiki kebohongan ini dengan serius. Cih. Cinta ini mebuatku salah tingkah.

Aku menatap keluar jendela. Berada dilantai tertinggi bangunan berlatai empat itu membuat kampus dan pemandangan disekelilingnya terlihat jelas. Perpustakan memang pilihan yang tepat untuk menenangkan diri.

Aku merasakan getar singkat dari ponselku pertanda pesan masuk. Aku pun mengeluarkan benda itu dari tas jinjing berwarna perak yang terletak diatas meja.

Nomor yang asing. Tepat ketika tombol read aku sentuh, sebuah gambar muncul.

Maaf menggunakan satu kupon seorang diri. Kuharap aku dapat membagi kenikmatan ini dengan menujukan gambarnya. Ramyun yang sangat enak^^

Aku sadar kedua sudut bibir ini tertarik keatas membentuk sebuah senyuman yang tanpa arti. Pria bernama Kyuhyun itu selalu muncul tiba-tiba dan bagiku kehadirannya cukup memberikanku warna diantara kanfas gelap hidupku ini. Tidak banyak, hanya secoret saja. Tapi itu lebih baik dibanding hanya menatap satu warna kelam. Paling tidak aku merasa memiliki teman lain selain Tiffany.

Berfikir mengenai hal ini membutku ingin bertemu pria itu. Benar, aku tidak ingin membuang waktu dengan buku-buku yang aku sendiri tidak tahu apa.

Aku baru saja turun dari taksi, tepat didepan kedai ramyun yang sering kami kunjungi bersama. Kurang dari dua puluh menit setelah aku beranjak dari perpustakan, berharap aku tidak melewatkan pria itu yang tengah menyantap ramyunnya. Aku berlari kecil masuk kedalam kedai yang lumayan ramai. Mataku mengedar pada meja yang biasa menjadi tempat kami makan bersama.

Ya. Meja itu ada disana. Sudut ruangan disisi jendela. Tapi kenapa tidak ada Kyuhyun?

Aku berjalan menghampiri meja tersebut. Ramyun yang tinggal seperempatnya masih tertinggal dalam mangkuk diatas meja tadi. Kyuhyun tidak menghabiskan makanannya?

 Aku mengangkat tangan kanan, “Pelayan.” Seruku.

Seorang wanita muda dengan seragam yang bertuliskan nama kedai menghampiriku membawa senyum ramahnya, “Apa yang anda ingin pesan?” tanyanya.

“Tidak. Aku hanya ingin bertanya apa sebelumnya dimeja ini ada pria yang memesan ramyun dan membayarnya dengan kupon?”

“Oh iya. Tapi tidak lama ia segera pergi.”

“Begitu? Terimakasih.”

“Ada lagi yang dapat saya bantu, nona?” tanya pelayan itu ramah. Aku menggeleng dan membiarkannya pergi setelah meberi satu lagi senyum hangat. Aku menarik nafas panjang, sepertinya ini bukan hari baik bagiku.

Sebelum beranjak pergi dari tempat itu, aku memutuskan untuk diam sejenak. Menatap sekeliling jalan dan pemandangan disebrang kedai dari balik jendela besar disisiku, “Seoul begitu indah, tapi tidak hari ini.” Gumamku.

Satu pemandangan yang mencuri perhatianku, seketika membuat jantungku berdebar. Dari jauh pun aku tahu benar pria dengan jaket biru itu adalah Minho yang sedang menyantap makanannya dan sesekali tertawa pada wanita dihadapannya. Aku tidak dapat begitu mengenali wanita itu karena ia membelakangiku. Tapi yang aku tahu ia bukanlah seseorang yang ku kenal. Yuri-kah?

Aku bergegas meninggalkan kedai. Entah kenapa meja yang menjadi tempat yang menyenangkan bagiku menjadi sangat terkutuk hari itu.

Aku menyusuri jalan pulang. Sesekali mengintip dibalik kotak putih yang aku bawa. Kue yang juga berwarna putih dengan topping beraneka macam buah berwarna-warni mebuat perutku terus berbunyi. Aku berusaha melenyapkan keinginanku mencuil barang sejari krim dalam kotak itu.

Kring—

Minho yang tertulis dilayar. “Aku sudah berjalan pulang dan akan segera tiba dirumahmu. Apa bibi sudah bersamamu?” tanyaku tanpa menyapa Minho terlebih dahulu. Aku jelas tidak sabar menunggu malam ini, begitupula dengan Minho. Kami tentu antusias.

“Kami baru bertemu. Ibu terlihat lebih gendut dari perkiraanku.”

“Hei, jangan menyinggung urusan badan dihadapan wanita. Itu hal senisitif, bodoh.”

“Benar, dan sekarang ibu sedang memukul lenganku. Baiklah, hubungi aku kalau kau sudah tiba.”

Aku menutup telepon lebih dahulu setelah memberikan salam. Mendengar suara riang dari nada bicaranya Minho membuat hatiku jauh lebih baik dibanding siang tadi. Bagiku, hari yang panjang itu akan berakhir menyenangkan… sepertinya. Dan paling tidak aku yakin Minho tidak akan membicarakan Yuri dihadapan ibunya karena aku tahu sekali Minho adalah seorang yang pemalu mengakui sesuatu didepan sang Ibu. Untuk mengatakan bahwa ia telah terjun ke dunia basket pun ia bersembunyi dibalik tubuhku. Aku tertawa mengingat itu.

Jalanan yang sedang aku lalui adalah jalanan alternatif menuju rumahku. Walaupun aku jarang sekali melewatinya tapi aku cukup tahu daerah ini. Sedikit gelap dan sunyi; tapi semua rasa yang membuat buluku bergidik aku singkirkan sebentar untuk segera tiba dirumah dan berkunjung kerumah Minho. Tiba-tiba terdengar bunyi mesin mobil meraung. Seberkas sinar—yang sepertinya merupakan lampu mobil—semakin terang menuju belokan tempat aku berdiri. Benar saja tak berselang lama sebuah mobil melewatiku dengan kecepatan yang tinggi dengan arah yang tidak beraturan bahkan sesekali hampir menabrak dinding pembatas jalan. Sepertinya supir bodoh itu tidak tahu caranya mengemudi, pikirku. Balapan palsu itu cukup menyita perhatianku beberapa menit, sebelum…

Brak—

Suara yang cukup keras. Mobil tadi menghantam salah satu kotak sampah besar yang menempel pada sebuah bangunan kosong dan seketika mesinnya berhenti. Aku memandang sekeliling berharap aku tidak menjadi satu-satunya orang yang menjadi saksi kekacauan itu. Sayang sekali, ternyata memang hanya aku yang ada dijalan itu. Lagipula sudah agak larut sekarang, yang berani melewati jalanan sunyi senyam seperti ini pasti hanya orang yang berani saja—dan aku salah satunya.

Aku sempat berfikir meninggalkan mobil tadi sebelum hati kecilku berteriak untuk segera bergegas menghampirinya. Mungkin sang supir terluka atau bisa jadi lebih parah karena setelah itu tidak terdengar teriakan atau kehidupan dari penumpang mobil tersebut. Setelah menimbang-nimbang beberapa menit, pada akhirnya aku putuskan untuk mengecek mobil itu..

“Permisi, apa kau baik-baik saja? Permisi..” sautku mengetuk jendela mobil yang tertutup rapat. Seorang pria tengah tertidur diatas kemudinya. Dari rambutnya yang berantakan dapat ku pastikan pengemudi bodoh ini memang tidak tahu cara mengemudi yang benar bahkan ia tidak tahu caranya menyisir rambut.

“Permi—“ seketika kaca jendela terbuka setengahnya. Pria tadi bangun dengan mengusap pelipisnya yang mulai mengeluarkan cairan merah kental. Selain itu pipi dan lengannya lebam.

“Kyuhyun?” aku tersentak, melihat seseorang yang aku kenal ini dengan penampilan terburuknya. “Kau.. Kau… ini. Ada apa?” bahkan kalimatku tidak tersusun dengan baik saking kagetnya.

Kyuhyun mebuka matanya, melihatku acuh tak acuh kemudian menyenderkan kepalanya pada bantalan kursi kemudi itu. Ia tidak menjawabku sama sekali. Mungkin karena keadaan saat itu remang, ia tidak mengenaliku dengan benar.

Kyuhyun mengerang kesakitan dan mengertakan rahangnya. Sekian detik aku menatapinya. Kyuhyun sudah tertidur saat itu dan masih tidak menyadari keberadaanku disisinya. Aku memutuskan untuk mebuka pintu kemudi, Kyuhyun yang tengah bersender kehilangan kendali dan hampir terjatuh menimpaku. Ku papah tubuhnya menuju kursi penumpang. Sesekali ia mengerang pelan, dan samar tercium aroma soju dari mulutnya.

“Mabuk?” tanyaku walau aku tahu ia tidak akan menjawabnya.

Setelah mendudukannya pada kursi penumpang dengan susah payah, aku mengitari mobil dan masuk kekursi kemudi. Aku memutar kemudi bergerak mundur menjauhi tempat itu dan memacu mobil tersebut menuju sebuah swalayan yang tidak jauh dari jalanan tadi—tapi yang jelas sudah memasuki area yang ramai dengan pejalan kaki. Beberapa peralatan pertolongan pertama sudah berada dikantong putih yang aku bawa dari dalam swalayan, begitu juga beberapa minuman.

Segera kupacu mobil menuju suatu tempat yang aku sendiri masih bertanya-tanya akan ku bawa kemana pria malang ini.

Aku menghentikan mobil pada sebuah lahan parkir ditaman kota. Sempat berkeliling dan tidak menemukan suatu tempat yang tepat. Aku menatapi Kyuhyun yang masih pulas, kemudian beralih menatap kantong putih berisi obat dan kembali menatap Kyuhyun lagi. Seharusnya aku segera menolongnya, tapi entah kenapa aku takut ia terbangun dan menyayangkan kehadiranku disana.

Saat itu aku merasakan ponselku berbunyi. Nama yang tertera pada layar itu membuatku tertegun. Melupakan janji terhadap bibi dan Minho rasanya bukan seperti aku. Tapi bagaimana dengan Kyuhyun? Aku menoleh pada Kyuhyun sebelum menekan tombol hijau pada layar.

“Kau dimana?” Minho menembakku dengan pertanyaan yang telah aku duga sebelumnya.

“Kau sudah sampai rumah?” aku menjawab dengan pertanyaan lain.

“Sudah. 30 menit yang lalu. Ibu mu bilang kau sedang ke toko kue, apa perlu aku jemput sekarang?” tanya Minho dari sebrang sana. Aku tidak tahu harus menajwab apa saat itu; jika aku mengatakan yang sebenarnya ia pasti akan menyuruhku membawa Kyuhyun kerumah sakit dan meninggalkannya. Sedangkan ku rasa ini bukan suatu permasalahan fisik; Kyuhyun terlihat mengalami masalah akan pikirannya—sesuatu mengganjal disana. Aku memang belum sepenuhnya mengenal Kyuhyun, tapi perasaanku kuat mengatakan ia adalah pria yang baik. Lagipula bagiku mabuk hanyalah pilihan buntu bagi orang-orang yang tengah frustasi. Dan mungkinkah Kyuhyun sedang frustasi sekarang? Demi tuhan kalau itu benar, ia memerlukan teman.

“Apa sesuatu terjadi padamu, Seohyun?” tanya Minho sekali lagi. Kali ini nada khawatir itu semakin jelas.

“Ya, ada sesuatu.” Mulutku kembali terkatup dan pikiranku bekerja berusaha menyusun satu kebohongan. “Maaf, ada sesuatu yang terjadi dan sangat darurat. Apa kau bisa menyampaikan salamku pada bibi?”

“Maksudmu, kau tidak akan kesini?” nada suaranya semakin rendah. Aku bergetar, sudah pasti Minho kecewa mendengarnya.

“Bukan seperti itu. Aku pasti akan kesana.” Aku menoleh pada sekotak kue yang ku letakan pada kursi penumpang dibelakang, “Besok aku pasti kesana.” Sambungku meyakinkan.

“Kau baik-baik saja? Apa perlu aku membantumu disana?”

Tidak ingin mebuat Minho semakin khawatir aku memilih mengelak, “Tidak.” Jawabku singkat. Ini adalah hari yang penting dan aku akan sedikit mengacaukan rencananya.

“Baiklah, semoga itu bukan sesuatu yang buruk. Ibuku pasti sedih mendengar anak perempuannya tidak disini tapi aku akan menghiburnya.”

“Minho, maaf.” Sautku lirih. Entah mendengarnya atau tidak, Minho mengakhiri sambungan lebih dahulu. Aku menghela nafas sebelum menyadari bahwa pria yang terluka disampingku ini tengah mengigau.

“Aku benci… benci melihat itu.” kemudian Kyuhyun meringis. “Kau tidak pernah menyadarinya…” setetes air mata turun dari sudut matanya. Aku mengusap dengan enggan, bagaimana pun pria ini juga pernah menghapus air mata yang hendak jatuh dari mataku dulu.

“Kyuhyun?” panggilku dengan nada rendah, aku juga tidak ingin membangunkannya. Melihat raut wajah Kyuhyun yang berbeda menyadarkan aku suatu hal. Kyuhyun tidak pernah menunjukan kesedihannya… atau aku tidak pernah bertanya? Oh tuhan. Egois sekali. Tapi, jika aku bertanya pun belum tentu ia akan menjawab dengan sebenarnya. Berbagai statement bergulat dipikiranku.

Untuk kesekian kalinya aku memandangi Kyuhyun dan baru menyadari cairan merah kental itu mula membanjiri wajahnya. Tanpa berfikir panjang, ku putuskan untuk membersihkan luka itu. Aku mencondongkan badanku menciptakan jarak yang terlalu dekat antara wajahku dan wajahnya. Ku harap ia tidak terbangun dan mengira aku berbuat yang macam-macam.

Kyuhyun mengerang, “Maaf. Tahanlah sedikit.” Sautku tanpa sadar.

Aku menoleh sebentar setelah kurasa sepasang bola mata itu tengah melirik kearahku, “Ah, maaf.” sautku. Menyadari Kyuhyun memang telah membuka matanya, aku menarik diri kembali ke kursiku. Jarak mata kami hanya beberapa jengkal kenapa aku tidak menyadarinya hal itu dengan cepat? Bodoh! gerutuku dalam hati.

“Ini tidak seperti yang kau pikirkan, aku bukan berniat jahat padamu. Sungguh.”

“Memangnya apa yang aku pikirkan? Tidak ada. Kau boleh melanjutkannya, darah itu hampir mengering dan membuat pelipisku semperti dibelah samurai. Sakit sekali.”

Aku mencondongkan tubuhku berniat kembali mebersihkan luka Kyuhyun ketika bola mata itu menatapku dalam, “Kau bisa memejamkan mata sebentar?” pintaku ragu. Tatapan itu membuatku bergidik dan aku tidak nyaman dengan hal itu.

Kyuhyun tak berkomentar namun segera menjalankan perintahku, sesekali ia menjerit kesakitan. Luka itu cukup dalam dan tidak akan sembuh hanya dengan sedikit perban—aku tahu karena aku sering menghabiskan liburan dirumah sakit, dan ku pikir itu cukup berguna sekarang.

Aku mengoleskan obat pengering luka dan menutupnya dengan kasa yang direkatkan. “kau boleh mebuka mata.” kataku setelah kembali ketempat duduk. Kyuhyun menengok pada kaca yang terletak diantara kami, kemudian mengusap wajahnya. Sepertinya ia mulai menyadari dirinya yang  sangat berantakan sekarang. Sangat sangat buruk.

“Sakit sekali kepalaku dan aku mual.” gerutu Kyuhyun.

“Berapa botol yang kau habiskan?” ejekku smabil mengaduk kantong putih yang aku beli tadi mencari beberapa minuman lalu menyodorkan pada Kyuhyun.

Kyuhyun memilih air mineral diantara ketiga jenis minuman berbeda yang aku tawarkan. Kemudian menoleh kearahku dan memberikan senyum tipis. “Bodoh sekali, aku merasa sangat menyedihkan dihadapanmu.”

Aku tidak menjawab, hanya tertawa sedikit. Tidak ingin berbohong, tapi memang Kyuhyun sangat menyedihkan dimataku. “Kau tidak bertanya aku kenapa?” sambungnya.

“Kau ingin aku bertanya? Ku pikir itu privasimu, aku tidak menolak jika kau ingin menceritakan dengan sukarela dan aku tidak juga memaksamu mengatakannya.”

Kyuhyun kembali tersenyum dan menatapku dengan tatapan yang tidak dapat ku artikan sendiri, ia mengangkat tangannya kearahku dan menggantung diudara untuk beberapa detik. Aku memilih mundur meyadari ia akan melakukan sesuatu. “Aku tahu kau gadis yang baik” seru Kyuhyun menarik kembali tangannya. Sekejap dapat kurasakan panas yang naik ke pipiku ini. Tadi dia mau apa? Tanyaku penasaran.

“Kau ingin aku mengantarmu?” aku memberikan tawaran setelah melihat jam yang terletak diatas dashboard mobilnya.

“Tidak.” Sergahnya. Kyuhyun membuang pandangannya keluar jendela, “Aku belum ingin pulang.” Katanya hampir berbisik. Aku tahu suasana hatinya sedang buruk dan aku tidak ingin banyak bertanya padanya.

“Baiklah, kutemani kau bermalam dimobil.” Sautku riang berusaha terdengar ikhlas walau aku sendiri belum yakin dengan apa yang aku katakan tadi, “Oh yang benar saja, dalam mobil.” aku kembali menegaskan.

Kyuhyun membuka jendela sedikit membiarkan angin malam itu menyelinap masuk diantara kami. Ia tidak berbicara apa-apa lagi setelah itu dan memilih menghabiskan waktu untuk menatapi pepohonan diluar jendela. Kalau pohon itu bisa berbicara, aku yakin ia sudah terbirit ketakutan melihat tatapan tajam Kyuhyun. Aku merentangkan kedua tanganku, lalu menarik tuas yang berada disamping kiriku dan membiarkan kursi yang aku tempati itu menjulur kebelakang. Angin malam yang masuk segera menyapu rasa lelahku dan memaksa mataku tertutup. Tiba-tiba rasa kantuk yang luar biasa itu menggerogoti ku.

Rasanya ingin memberontak ketika merasakan satu belaian jari telunjuk yang mengusap pipiku lembut. Namun entah kenapa kedua mataku tak mau terbuka, hari ini benar-benar melelahkan bagi tubuh dan pikiranku.

Beberapa menit berlalu dan aku tidak merasakannya lagi. Syukurlah, aku yakin Kyuhyun tidak akan melakukan sesuatu yang buruk. Tiba-tiba sebuah kain—rasanya seperti mantel menutup tubuhku. Suhu menghangat lebih dari sebelumnya.

“Seandainya aku benar-benar dapat melupakan wanita itu. Aku pasti sudah jatuh cinta padamu, Seohyun.”

Aku mendengar itu. Kyuhyun mengucap kalimat itu dengan nada yang makin lama makin rendah. Suara samar—yang bahkan terdengar seperti bisikan membuat jantungku rasanya ingin melompat keluar. Apa maksudnya?

Ah, itu bukan masalah penting. Yang menjadi utama adalah jantungku belum pernah berdetak sekencang ini selain karena Minho. Apa yang terjadi?

To Be Continue

45 respons untuk ‘Enchanted (Part. 4)

  1. im first?? ^^
    NICE FF ^^

    kyaaaaaaaa makin penasaran
    SEO udh mulai suka kah sama KYU hihi
    hmm, KYU emng ada hubungan ya ama YURI??
    KYU pergi dari kedai ramyun karena ada YURI n MINHO makan dstu

    SEOKYU SEOKYU SEOKYU JJANG

    selalu d tunggu part selanjutnya ^^

  2. Seo udh mulai suka sama kyu ya?
    Tapii, kyu masih memikirkan yeoja lamanya.
    Ayoo perbanyak moment seokyu ya 🙂 aku suka momentnya yg dipart ini. Meskipun tidak terlalu manis, tapii aku suka lah 🙂 next part update soon ya 🙂

  3. seo mikirin kyu.. jangan-jangan dia mulai suka sama kyu yah…
    kyu kasian banget yah..
    ayo kyu kamu harus bangkit yah…
    ditunggu lanjutannya

  4. minho t emg ga tw or pra2 ga tw ma prasaan seo
    Ckckck tp ga pa,jd hub seo &minho ttp baek2 aja
    Spa t yeoja yg ga bsa bwt kyu mncntai seo?
    Mga kyu bsa nglupain t yeoja&mlai hub dgn seo
    Seokyu jjang

  5. Wah…seonni udh mulai suka tuh sm kyu. udahlah minho sm yuri aja gpp, seo lupakan minho mu itu! #plak
    ohh jadi kyu udh suka sm yeoja lain sblumnya? -,-
    update soon XD

  6. annnyeong
    Aku readers baru nie…
    mian ea aku bru komen d.part ini… Coz kyk’y dah ketinggalan bngt… Hihihi
    aku suka jalan cerita’y… D.tunggu part 5 ^^

  7. annnyeong
    Aku readers baru nie…
    mian ea aku bru komen d.part ini… Coz kyk’y dah ketinggalan bngt… Hihihi
    aku suka jalan cerita’y… D.tunggu part 5 ^^..

  8. Akhirnya Seo mulai sadar kalo cintanya ke Minho hanya bertepuk sebelah tangan aja..
    Buktinya pas tanding basket td Minho sama skali ga peka sama perkataan Seo,yg ada difikirannya cuma menang spy bisa kencan dgn Yuri ><
    Tp baguslah spy Seo bs makin kt dgn Kyu kalo dy udh bisa lupain cinta ke minho ^^

    Kyu segitu frustasinya -_-
    Hadeuh knp punya firasat kalo yeoja yg udh buat Kyu hancur ky gt adalah Yuri ya ?! -_-
    Smoga aja cinta yang mulai Kyu rasain utk Seo ga sia2 🙂

    Chingu,next part dtambah lagi donk SeoKyu momentnya !!!
    Moment mereka pas di mobil td uh buat aku berdesir lho,tp msh kurang byk nih .. XD

  9. Kyu ada masalah ya ? Sapa cewe yang di maksud kyu ?
    Seneng seo lebih mementingkan kyu dari pd minho ^^
    sepertiny seo udh mulai jatuh cinta sma kyu… Lanjut

  10. Kyaaa.kyaaa..kyaaaaaa
    greget abis
    si minho babo abis y udah jls2 maksud’y eh salah pengertian….
    Kyu what happend????…ada apa dngn dirimu ayo author d buka misteri kyu…..jangan bilang kyu ada hib m yuri ko aku kepikiran itu trus hahahah…feeling’y

  11. Yeeeeyyy Chokyu mulai jatuh cinta sama Seojoo begitupun sebaliknya ҉(˘▽˘҉) (҉˘▽˘)҉

    Next part harus banuak SeoKyu moment loh author!!

    Update soon and keep writing!! 😀

  12. Ping-balik: Enchanted (Part. 5) « Our Craziest Think

  13. Siapa wanita itu chingu? Cepat katakan siapa dia huaaa (˘̩̩̩⌣˘̩̩̩)
    Seo kamu udah jatuh cinta itu sama kyu,udah sama dia aja,terus kyu udah lupain aja wanita itu (^•^)-c<-_-)
    Lanjut chignu

  14. Ping-balik: Enchanted (Part. 6) « Our Craziest Think

  15. “Seandainya aku benar-benar dpt melupakan wanita itu…”
    Eh??
    Wanita itu??
    Yuri kah?
    Seonni mulai suka kyuppa kah??
    Hayoo..knpa mikirin kyuppa terus??
    Huakss… Suka moment SeoKyu part ini 😀 😀 😀
    Udah tau jalan ceritanya deh… 😀

  16. Seo udh dag dig dug pastinya:) kalo feeling aku Kyu lgi makan ramyeon trus psti ngeliat Yuri sm Minho lgi makan berdua ya ?? Jgn2 Kyu suka sm Yuri -,- lanjutt chingu

  17. wah..akhrnya ada jg adegan seokyu yg romantis,sbnrnya kyupa knapa?apa d tolak cwe trus ptah hati sm kyk seo..

  18. ah……jd curiga sama kyu. itu….yg jd cinta tak terbalasnya si yuri kan?
    aduh….*melting* seoooooo….denger tuh si kyu ngomong apa?? aduh….. *girang*
    tp, si kyu kayaknya masih gak bs nglepasin si cintanya itu?berat nih….

  19. Kyaaa….seomma sm kyu udh mlai ‘ssuatu’ nich….
    Wanita itu??? Yuri y????
    Lpain aj ‘wanita itu’ y kyuppa,mlailah mnatap seomma…

  20. Ping-balik: Enchanted (Part 8/End) | Our Craziest Think

  21. ˚◦°•ωeω…(―˛―)‹(ˆ˛ˆ)›. Jng2 Ϋά̲ηġ disukain kyu si yuri yaahhh…(.̮) Hhhммммм ◦°◦º =-? Semakin seruuuu

  22. Asik asik seokyu moment nya udah kyu lupain wanita yang kau maksud terus sama seo aja 😀 seokyu jjang ulala

  23. kyuhyun jg gabisa move on…
    aduuuuhhh..
    seohyun udah jatuh cinta lg itu ama kyuhyun~~
    aku mau baca part selanjutnyaa.. aaaa.. ini cerita kereeen^^

  24. ayoayo wanita yang dimaksud kyu siapaaaaaa??? aigo skm nya manis bgt sih eonni .. si kyu jd baik gitu sama seo padahal dia lg galau garagara wanita itu… haduh haduh pernyataan si kyu bikin aku jadi ikut degdegan wkwkw
    nah loh si seo udah mulai merasakan jatuh cinta lagi kah ? ah udah lupain minho berubah haluan ke kyu buat kyu lupain si wanita itu.. aduh aduh gasabar jadinya aku eon wkwkw
    next bacaaa 😀

Tinggalkan komentar