Enchanted (Part. 3)


Seo Joohyun/Cho Kyuhyun/Choi Minho & The others cast. | Romance & Friendship | PG-15.

Original by AdillaSB:

(Baca juga cerita sebelumnya Enchanted-Part 1, Enchanted Part 2 )

“Bagi Seo Joohyun mengutarakan perasaannya bukan sesuatu yang mudah. Saat persahabatan mereka dipertaruhkan, Seohyun merasakan ada yang salah dengan dirinya.”

“Seohyun, aku jatuh cinta.” Jelas Minho kemudian beralih menatapku. Mata itu tidak berbohong, aku dapat memastikannya. Entah kenapa tatapan Minho itu membuat dadaku terasa sakit—lebih sakit dibandingkan memendam perasaanku selama dua belas tahun ini. Benar saja. Aku benar-benar terluka mendengarnya.

Entah berapa kali lipat detak jantungku berdetak lebih cepat dari normal. Aku harap tidak membuat Minho turut dapat mendengarnya.

“Ah, ada apa denganmu? Seohyun, kau menangis?”

“Benarkah?” jawabku salah tingkah. “Hoam… mengapa pertunjukan ini menjadi sangat membosankan?” aku berusaha mengalihkan pembicaraan. Minho dan aku memang berteman sejak kecil, tapi Minho tiak pernah mengenali aku atau Tiffany. Tidak pernah belajar mengenali kami. Cukup egois memang, tapi aku tidak peduli itu. Yang aku tahu hanya aku mencintainya, sebelum sebuah kalimat yang beberapa detik terlontar dari mulutnya itu membuat sesuatu yang salah dengan diriku.

“Membosankan? Kau bercanda?” Minho mendesah, “Ini pertunjukan pertama yang sangat indah bagiku. aku belum pernah benar-benar menikmatinya.” sambung Minho.

Aku mengusap air mataku ketika Minho tidak melihatnya. Sayangnya, air mata ini tidak mau berhenti menetes. Sungguh tidak dapat diajak berkompromi. Aku meringis pelan—saking pelannya hingga tidak ada yang menyadarinya.

“Apa kau terburu-buru pulang setelah ini?” Minho beralih padaku sebentar, “temani aku berkunjung ke backstage, aku perlu melihat ‘bidadari’ itu dari dekat.”

Cih. Tawaran macam apa itu? Aku merasakan gundukan air mata yang menumpuk dipelupuk ini segera tumpah. Sekali lagi; aku tidak pernah melihat Minho yang ‘sebegininya’.

“Seohyun?”

Aku berpura-pura tertidur. Ini lebih baik dibanding menatap mata Minho yang penuh tanda tanya. “Aigoo. Kenapa tertidur disaat aku serius seperti ini?” Minho menyayangkan sikapku, kemudian menuntun kepalaku menepi dipundaknya. Aku dapat merasakan belaian lembut salah satu tangannya pada rambutku. Diluar dari kenyataan bahwa kedua jantung insan ini saling berdetak kencang karena alasan yang saling bertolak belakang, aku benar-benar tidak ingin membuka mata.

“Aku dapat menebaknya. Kau benar-benar ada dirumah?” tanya Tiffany curiga dari sebrang telepon. Sungguh, Tiffany memang tidak bisa aku bohongi.

Aku memilih untuk tidak menjawab, “Minho mencarimu terus beberapa hari belakangan ini. Dia ingin kau menjadi pendengar pertama dari cerita cintanya, bahkan dia tidak menceritakan padaku lebih dulu. Aku tahu sekali ini berat bagimu. Berhentilah bersembunyi, aku yakin kau dapat melakukannya.” Tiffany berusaha memberiku kekuatan.

Perasaanku mungkin sudah ‘agak’ membaik sekarang. Aku pun bersembunyi bukan karena tidak ingin bertemu Minho lagi, hanya saja kemarin bukan waktu yang tepat untuk memperlihatkan kedua mata yang bengkak ini dihadapan Minho. Bagaimana kalau ia menodong pertanyaan-pertanyan padaku?Aku belum pernah menangisi seseorang sehebat ini, Minho juga tahu itu.

“Seohyun-ah, kau mendengarku?”

“Tentu saja, Tiffany. Aku akan menemui Minho. Jangan khawatir dia masih sahabatku.”

Senyumku mengembang setelah mengucapkan jawaban terakhir itu. Dia masih sahabatku. Tentu saja, Minho tidak tahu-menahu mengenai masalah ini bagaimana bisa aku menumpahkan kesalahan pada Minho? Untung saja akau dapat mengendalikan diriku dengan baik.

Tiffany menutup telepon setelah memberikanku segudang nasihat dan ancaman untuk menjaga diriku dengan baik. Beberapa bulan ini ia memang dipenuhi jadwal berlatih untuk dua musikalnya yang lain, wajar saja kami tidak memiliki waktu untuk bertemu bahkan sekedar untuk makan malam bersama.

Aku bangun dari posisi duduk tadi ketika berbicara dengan Tiffany, kemudian beralih pada cermin yang terletak berpasangan dengan wastafel. Kira-kira sepuluh detik lamanya aku habiskan untuk menatap wajah yang berada di cermin tersebut. Mata yang bengkak itu sudah berangsur pulih. Syukurlah.

Aku menepis tirai jendela yang terletak diruang tengah itu. Jendela yang langsung menghadap kearah jalan—dan rumah Minho tentunya. Cahaya matahari perlahan masuk melalui celah jendela dan beberapa menembus kaca. Sepertinya sudah lama sekali aku tidak menghirup udara sejuk jalanan kota Seoul.

Ah, aku memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar.

Setelah memasang mantel yang tadinya menggantung disamping pintu, aku beranjak keluar dari rumah. Langsung terrbesit dalam benakku bangunan putih dengan bau khas yang biasa aku kunjungi setiap hari itu. Aku harus menghentikan aktifitasku di rumah sakit beberapa hari belakangan ini. Karena sibuk menangis setiap malam, mataku benar-benar terlihat buruk saat itu bahkan terlihatnya seperti dua buah garis lurus. Hal yang akan aku lakukan saat ini adalah minta maaf pada beberapa suster disana karena telah membolos dan tidak dapat membantu mereka difestival kesehatan kemarin.

Siang itu jalanan lenggang tidak seperti biasa, mungkin karena hari ini adalah hari terakhir liburan sehingga orang-orang akan lebih memilih untuk beristirahat mempersiapkan hal yang dibutuhkan besok saat sekolah. Tiba-tiba langkahku terhenti pada sebuah kedai ramyun yang berada tidak jauh dari rumah sakit. Sosok pria yang beberapa hari yang lalu aku kenal itu muncul dikepala ku. Mengingat bagaimana wajah merahnya ketika kami bertanding ramyun menjadi hiburan tersendiri bagiku. Aku menyadari kedua sudut bibir yang tertarik ini.

“Kau pasti merindukanku?” lagi-lagi suara itu membuyarkan lamunanku ditengah hari bolong. “Hi…” sapanya ketika aku menoleh.

Entah kebetulan atau takdirkah yang mempertemukan kami kembali. Baru kali ini aku merasa begitu gembira berjumpa dengannya, “Kyuhyun, bagaimana kau bisa tahu aku disini?”

Kyuhyun hanya mengangkat bahunya, “Apa kau lapar?”

“Tidak. Tapi seperti yang aku pernah katakan, aku tidak akan menolak makanan gratis. Ayo masuk!” ajak ku masuk lebih dulu. Siang itu kedai tidak terlalu ramai, hanya beberapa meja saja yang terisi. Berbeda saat pertama kami datang ke tempat itu.

 Setelah memesan menu aku memulai percakapan, “Apa yang membuatmu datang kesini?” aku melayangkan pertanyaan yang memang belum dapat dijawab oleh Kyuhyun tadi.

“Entahlah. Aku merasa seseorang sedang merindukanku.” Kyuhyun memberikan seringai khasnya kemudian tertawa sebelum melanjutkan kalimatnya, “tidak hanya kebetulan saja aku lewat dan melihat seseorang tertawa sendirian.”

Kebetulan. Kebetulan yang selalu mempertemukan kami.

“Aku tidak tertawa sendirian.” Elakku.

“Kau tidak melihatnya. Aku melihat itu dengan jelas.”

Aku membentuk huruf o pada bibirku sebagai tanggapan. Tak sampai lima belas menit, pesanan kami pun datang. “Selamat makan,” saut kami bersamaan.

“Hei, pipimu bertambah besar?” tanya Kyuhyun tiba-tiba, “Tidak, tidak. Matamu bengkak?” tanyanya lagi.

“Ah, apa masih begitu jelas?”

Kyuhyun mengangguk, mulutnya yang penuh sudah membuat kedua pipinya menggembung. Ia kembali bertanya beberapa pertanyaan padaku dengan masih mengunyah makanan yang tersisa dimulutnya. Aku jelas tidak mengerti perkataannya, aku menanggapinya dengan tertawa.

“Apa yang lucu?”

Aku menelan makananku terlebih dahulu sebelum menjawabnya, “Tidak. Hanya saja ekspresi makan mu itu selalu membuatku geli.”

Kyuhyun menekuk wajahnya, menunjukan wajah jengkel—yang malah terlihat seperti ekspresi mengejekku. Aku tertawa lagi. “Apa kau menangis?”

Aku hanya mengagguk, malu sekali rasanya mengakui kau telah menangis seharian pada seorang pria yang—yah, bisa dibilang kau tidak terlalu mengenalnya.

“Apa yang membuatmu menangis? Pria tampan pengantar pizza yang berada dalam video itu? Ah, aku lupa wajah dan namanya—“

“Minho. Choi Minho. Dan dia bukan pengantar pizza, dia tetangga sekaligus sahabatku. Orang yang membuatku harus memohon padamu untuk memberikan video pertandingan itu.” Kataku memperjelas. “Kemarin hari yang berat bagiku. Baru pertama kalinya aku melihatnya jatuh cinta pada seseorang yang bahkan belum ia kenal.”

“Singkatnya, kau patah hati dan menangis karena itu?”

“Ya, aku merasa iri pada orang itu, dia bisa dengan mudahnya mencuri hati Minho—“

Kyuhyun mengusap air mata yang hendak tumpah dari mataku, “Aku tidak akan bertanya lagi. Jangan menangis.” Pintanya lembut.

 Aku mendangak. Memberikan sugesti pada diriku sendiri untuk berhenti menangis lagi. Sepanjang yang aku lihat, Kyuhyun tidak jauh berbeda dengan Minho—mereka sama-sama tidak perduli dengan orang lain—yang berbeda adalah Kyuhyun dapat menempatkan sifat itu ditempat yang tepat. Ada saatnya ketika kau bercerita dengan sahabatmu, kau tidak mengharapkan komentar atau kritik melainkan hanya butuh seseorang yang dapat duduk manis mendengarkan. Menenangkan bukan berarti menanggapi, satu tindakan lembut atau dekapan hangat kurasa lebih dari cukup. Tidak banyak orang yang mengerti itu.

Aku tersenyum pada pria dihadapanku yang tengah menyantap makanannya.

Mengingat hal yang terjadi di Hall membuat ingatanku memutar ulang seseorang dengan jas biru gelap yang aku lihat didepan meja resepsionis. Aku berusaha menanyakan apa pria yang aku lihat adalah benar Kyuhyun atau bukan. Kyuhyun menjawab dengan dua kali anggukan. “Lalu apa yang kau lakukan disana? Meliput?” tanyaku penasaran.

“Hanya menonton saja, sama seperti kau.” Jawab Kyuhyun singkat.

“Aku tidak tahu kau suka hal seperti itu.”

 “Aku sendiri tidak yakin. Hahaha—“

Entah kenapa aku melihat matanya mengelak topik yang kami bicarakan. Ada sesuatu yang mungkin menjadi alasan pribadinya. Menyadari bukan hakku untuk bertanya banyak, aku memilih untuk kembali dengan ramyun yang tinggal seperempatnya. “Ah, aku baru ingat. Aku harus kerumah sakit.” Kataku ketika tanpa sengaja menengok jam yang menggantung di dinding kedai itu. Aku meneguk habis minum milikku sebelum memberikan salam perpisahan pada Kyuhyun, “Sampai jumpa, Kyuhyun. Senang bisa menghabiskan waktu denganmu. Berhati-hatilah.”

Gerakku yang tergesa-gesa membuat ia hanya memandangiku dengan tatapan heran. Kyuhyun masih dengan santainya meneguk minuman, “Perhatikan jalanmu, jangan terburu-buru seperti itu.” katanya.

Aku melemparkan senyum ketika hendak keluar dari tempat tersebut. Beberapa langkah meninggalkan kedai mebuat aku tersadar sesuatu hal. Entah apa yang membuatku merasa perlu melakukan ini, tapi kadang tidak selamanya kebutulan itu akan memihakmu. Aku berlari menuju arah semula dan kembali pada Kyuhyun yang baru selesai meneguk habis minumnya.

Ku ambil ponselnya yang tergeletak begitu saja dimeja, kemudian menekan beberapa digit nomor yang tertera disana. “Ini nomor ponselku. Aku tidak yakin kau membutuhkan ini, tapi aku harus bertanggung jawab atas tiga kupon terakhir.”

Aku kembali meninggalkan kedai dan Kyuhyun dengan ekspresi kagetnya. Aku pun tidak sadar dengan apa yang aku lakukan tadi. Entahlah, rasanya hatiku yang memintanya.

Minho masih belum menyadari aku tengah berdiri dibelakangnya, memandanginya yang sedang asyik melakukan dribbling ball. Jam menunjukan pukul tujuh malam, artinya satu jam sudah Minho menghabiskan waktu berlatih dengan bola basketnya itu. Minho melakukan tembakan dari luar lingkaran yang gagal kemudian bola menggelinding melewatinya dan berhenti tepat didepan kakiku.

Aku mengambil bola itu dan menantulkannya sebanyak dua kali. “Apa jatuh cinta membuat kau sepayah ini?” tanyaku yang kini hanya berjarak beberapa meter dari tempat Minho berdiri.

Untuk sekian detik kami saling memandang tanpa sepatah kata, kemudian Minho berlari memelukku. Aku menjatuhkan bola tepat ketika kedua tangan itu mendekap tubuhku. “Tiffany bilang kau sakit,apa itu menular?kau sudah membaik?” tanya Minho setelah melepas pelukannya.

Ternyata Tiffany sudah menyelamatkan aku sebelumnya. Ah, padahal aku sudah menghabiskan tiga jam lebih sekedar untuk mencari alasan jika Minho bertanya kemana aku selama beberapa hari belakangan ini. Aku merentangkan kedua tangan, membiarkan minho menilai sendiri bagaimana kondisi ku sesuai dengan apa yang ia lihat.

“Aku merindukanmu.” Kata Minho pelan, bahkan nyaris seperti berbisik. Mendengarnya membuatku bergidik.

“Ayo latihan!” sautku memungut bola yang sempat aku jatuhkan tadi., kemudian melemparkan bola itu kepada Minho dengan melakukan chest pass. Aku memilih duduk dibawah tiang ring, menyaksikan Minho asyik dengan bolanya untuk beberapa menit membuatku lupa akan tujuan datang kesini yang sebenarnya.

Minho sudah menghabiskan hampir setengah jam untuk berlatih sementara aku asyik memainkan game pada ponsel milik Minho. Ketika itu ponsel Minho bergetar tanda sebuah pesan masuk.

Kwon Yuri. Aku belum pernah melihat kontak dengan nama ini di ponsel Minho. “Hei, Min—“

Aku mengurungkan niat untuk memanggil Minho datang. Ya, mungkin yang akan aku lakukan ini sangatlah tidak sopan, tapi aku benar-benar penasaran. Aku menekan tombol ‘read’:

“Maaf aku baru selesai berlatih. Basket? Ah, sungguh aku benar-benar ingin melihatmu bermain><”

Tidak hanya itu. aku memutuskan untuk membaca pesan lain dalam kotak masuknya. Seminggu menghindar dari Minho membuatku ketinggalan banyak. Dan yang lebih parah seseorang sepertinya mencuri start.

“Hari ini kau tidak datang ketempat ku? Rasanya menyenangkan tidak ada yang menggangguku :p”

“Apa itu ponselku?” tanya Minho tiba-tiba.

“Ah, ya. Ada pesan untukmu. Maaf aku membaca beberapa.”

“Baca semuanya juga tidak masalah. Kau ini lucu sekali, Seohyun. Tidur bersama pun kita pernah melakukannya. Kenapa membaca pesan bagimu sangatlah formal?” ejek Minho.

“Bodoh. Jangan mengingatkan hal memalukan yang terjadi saat kita kecil. Lagi pula itu adalah ide kau dan Tiffany untuk berkemah dipekarangan rumah.”

Minho tertawa, “Kau masih saja malu akan hal itu. Seperti baru kenal saja.“Hei, kau baca pesan tadi? Apa itu dari Yuri?”

“Iya. Yuri, siapa? Apa aku mengenalnya?” tanyaku.

Minho menggaruk kepalanya  pertanda malu, “Ratu Peri Hutan. Musikal Tiffany. Kau ingat? Seseorang yang membuatku jatuh cinta.”

“Oh. Kalian sudah kenal sejauh itu?”

Minho mengangguk, “Seusai musikal itu aku pergi ke backstage…”  Minho memulai cerita dengan nafas yang masih terengah. Sementara aku menarik nafas panjang sebelum mendengarkan ia melanjutkan kalimatnya. “Aku meminta Tiffany memperkenalkan kami. Namanya Kwon Yuri. Kau harus melihatnya dari dekat. Ia benar-benar cantik.”

Aku belum dapat menanggapi Minho, hanya berusaha menahan diriku untuk tetap mendengarkan cerita itu hingga selesai. “Dan yang paling mengejutkan, Yuri adalah pemandu sorak dikampusnya. Ia juga melihatku bertanding dan memberikanku pujian. Aku rasa ini adalah takdir, dia memang tercipta untukku.” Sambung Minho.

“Kau sepertinya sangat senang.”

“Tentu saja. Aku pikir, aku akan menjadi seorang stalker tapi ternyata ia menyambutku ramah.  Sehari setelah itu aku berkunjung lagi ke tempat mereka latihan, awalnya aku berdalih menjemput Tiffany. Sekarang hampir setiap hari aku datang melihatnya.”

“Wah, bagus sekali. Aku senang mendengarnya.”

“Kau harus mencoba ini, Seohyun. Jatuh cinta tidak seburuk apa yang diceritakan dalam lagu balada.”

“Ah, memang. Tapi tidak juga sebagus kedengarannya.” sautku, membenarkan. Pria dihadapanku ini tidak tahu apa-apa tentang cinta dan ia mengguruiku sekarang. Aku merasa sangat bodoh saat itu.

“Bagaimana kau tahu itu? kau saja belum pernah mencobanya.” Minho menjulurkan lidah mengejekku.

“Ketika kau jatuh cinta semuanya memang terasa indah. Bahkan ketika kau harus terluka untuk menyelamatkannya, kau akan tetap tersenyum bahagia. Kenapa? Karena kau memberikan sugesti pada dirimu sendiri bahwa semuanya akan berjalan baik jika kau berada disisinya. Walaupun ketika ia menutup mata untuk tidak melihatmu, kau akan tetap senang.”kataku menjelaskan.

“Kata-katamu itu seperti pernah merasakannya saja.” ejek Minho lagi.

Ah, topik seperti ini membuatku tidak nyaman. Aku memandangi Minho yang tengah mengusap keringatnya dengan handuk yang kubawakan.

Ketika memutuskan untuk menyembunyikan perasaanku ini, aku tahu sekali resiko yang akan aku terima dan bagiku itu bukan masalah sebelum aku menyadari bahwa bukan hanya aku dan Tiffany wanita didunia ini. Minho jelas akan menemukan cintanya kelak. Aku benci ketika harus mengakui itu.

“Mau bertanding denganku?” tantangku pada Minho. Aku berdiri lebih dulu dan berjalan pelan menuju tengah lapangan.

“Ha? Bertanding basket maksudmu?”

“Ya. Kita lakukan sama seperti biasanya saat aku menjadi lawanmu berlatih. Tidak ada tripple atau double point, hanya memasukan bola. Yang lebih dulu menjadi pemenangnya. Jika kau menang kau harus mengajak Yuri-mu itu berkencan dan aku akan membantumu dengan senang hati, tapi jika kau kalah—”

Aku menarik nafas panjang sebelum meneruskan kalimatku, tawaran terakhir membuat suaraku rasanya menghilang. Aku malu untuk melanjutkan tapi Minho masih dengan posisinya. Menunggu aku menyelesaikan kalimat. “Berkencanlah denganku…” sambungku dengan nada rendah.

Minho menertawaiku, bahkan hingga harus terduduk saking tak percayanya. “Kencan? Hei, kita sering melakukannya seusai sekolah?” sautnya.

“Cobalah lihat aku sebagai wanita. Bukan sebagai tetangga, teman atau sahabat kecilmu.” sautku lantang.

“Terdengar seperti kau mepertaruhkan persahabatan kita, Seohyun. Hei, ada apa denganmu?” tanya Minho heran, terdengar nada serius dari ucapannya. Aku tahu sekali bagaimana Minho dan ia tidak suka melihat seseorang meremehkan persahabatan kami.

“Ada yang salah dengan diriku. Aku mohon bertandinglah denganku, Choi Minho.” Kataku dengan nada memohon. Mungkin aku terlihat sangat bodoh dimata Minho sekarang tapi akan sangat bodoh lagi ketika aku harus menangis karena tidak melakukan ini.

“Baiklah.” Jawab Minho yang kini berada tepat dihadapanku. Ia merebut bola dan melemparnya. Seketika bola itu melambung tinggi keatas.

Aku tidak jago dalam urusan seperti ini. Tapi bukan berarti aku tidak tahu teknik-teknik dasar permainan basket. Minho memang bukan tandinganku, aku sadar betul hal itu. Namun, bukan juga berarti aku akan mengalah sebelum bertanding.

To Be Continue

42 respons untuk ‘Enchanted (Part. 3)

  1. aduh udah seo lupain minho kan masih ada kyu..
    seokyu emang jodoh yah… ngga disengaja malah ketemu..
    omo seo sama minho mau tanding basket?
    ditunggu lanjutannya

  2. Ehmm “kebetulan” yg sangat manis ya,Kyu oppa ?! >,<
    Yakin tuh smua cuma "kebetulan" ??
    Perlu sewa Kudo nh utk slidiki Kyu.. XD

    Aigoo Seo,knp jd ky gini ??
    Ga slh utk perjuangin cinta,tp kl udh berusaha tp ttp ga bs berbalas,lbh baik legowo..
    Jgn nyiksa diri ky gini,tanding basket vs Minho terkesan Seo yg bnr2 mengemis waktu Minho utk kencan brg dy -_-
    Seo harus berubah !!!
    Let it flow,Seo-ah !! 🙂

  3. sdh ku duga yeoja itu Yuri eonni..
    semoga Seohyun menang. wlwpun aku ingin SeoKyu brsatu, tpi aku ingin melihatnya bahagia.. Minho kasihanilah Seohyun eonni…. :’)
    Kyuhyun oppa fighting!! XD

  4. sering2an aja kebetuan biar makin deket hehheehehe…
    wahh seo ni dah brani nantang minho, udah minho lepasin trus ma kyuppa aja ><
    lanjutt

  5. Seokyu sering bged kebetulan bertemu .. mungkin jodoh kali ya ^^
    haish ~ nanti klo seo kalah pasti tambah sakit hati 😦
    kyuppa belum ada rasa sma seo ?

    • Eh, saya koment panjang tadi. Tapi ko kepotong.
      Yusdh saya berharap minho yg menang. Krna entah kenapa ga tega melihat seo yg…
      Ahh.. Entahlah.
      Aku suka melihat seokyu yg selalu kebetulan 🙂

  6. Kebetulan yg indah hihihih…..
    Pertemuan yg tdk d sengaja akan kah berbuah perasa2n.
    Aku feeling nih nantis seokyu itu sm2 patah hati
    mungkinkah kyuhyun ada hub’y dngn yurri ko aku feeling ny gt soal’y kyu jg nghdrin teater.
    Lanjut

  7. Ping-balik: Enchanted (Part. 4) « Our Craziest Think

  8. Kyaaaa Seojoo jujur amat yaaa?._.
    Eh jangan2 Chokyu dateng ke acara dramus buat yuri yaa? Jangan2 cincin yg ditemuin Seojoo buat Chokyu itu cincinnya Yuri yaa?
    Mianhae komen telat lagi+banyak tanya

    Update soon for part 5 and keep writing 😀

  9. Ping-balik: Enchanted (Part. 5) « Our Craziest Think

  10. Huaaaa seo menyedihkan banget si kamu,udah elah mending sama kyu aja yang jelas-jelas udah baik banget (˘⌣˘)ε˘`)
    Lanjut chingu

  11. Ping-balik: Enchanted (Part. 6) « Our Craziest Think

  12. g tega liat seo sakit hati gni,,
    seo,hilangin perasaanmu ma minho,,
    kebetulan yg mempertemukan seokyu. tanda jodohkah? amien..

  13. Hohoho ^o^
    Kebetulan bertemu = takdir Tuhan 😀 #plak*maunya -_-
    Yaelah,,seonni blak2.an(?) bgt yak ?? -,-”
    Mulai agak nyambung sama pikiranku jalan ceritanya.. 😀 😀 😀

  14. Kyaaaa
    Seo unnie kyu oppa.
    Jodoh itu,kebetulannya banyak banget,udh 3 kali kan ? Haha
    Seo unnie berani banget.salut deh biar jangan terlalu sakit nantinya.

  15. kebetulan yang bener bener sempurna 🙂
    dan minho disini kayaknya sayang banget sama seohyun walaupun cuma temen . tappi kenapa seohyun eonni pengen banget kencan sama minho T____T padahal udah ada kyuhyun

  16. Aigo…sampai saat seohyun minta untuk berkencan pun minho masih menganggap seohyun bercanda aigo…minho emang bener2 yah hatinya bener2 ga peka

  17. kyaaa…..ini sebenernya adegan antara seokyu manis banget, sumpah!tp kenapa si seohyun masih betah bercokol sama luka patah hatinya karena minho?oh ayolaaaah….nice FF ^^V

  18. Aaa…Yuriii y….
    Seomma ksian,smpe mhon” gtu,mlah Minho xa cuek lgi…
    Yuri prnah ad hub sm Kyu y???
    Mntan mngkin???
    Biarin aj lch,pkok xa yg pnting SeoKyu hrus brsatu!!!! 🙂

  19. Ping-balik: Enchanted (Part 8/End) | Our Craziest Think

  20. Minho sudah belasan tahun jadi sahabatnya Seohyun masa gapeka-peka. Mungkin Seohyun terlalu rapat ya menyembunyikannya. Tapi seperti caranya memang resikonya sakit dipendam sendiri, senang dirasakan sendiri. Kalau jatuh gaada yang nolongin karena gatahu :(. Untunglah ada Captain Kyu yang perhatian meskipun dari kebetulan-kebetulan yang mungkin akan membawa dalam takdir 🙂

  21. dan jangan bilang kalau kyuhyun ada hububgan jg dengan yuri. si pemandu sorak di kampus…
    aahhh cerita ini kereen.. aku berharap seokyu cepetan jatuh cinta lah.. kasian seo nya kesiksa banget 😦

  22. lagi lagi seokyu ketemu secara kebetulan hihi … si kyu deh emg bener bener gbs ilangin sifat narsis bin jahilnya ya padahal kan seokyu baru beberapa hari ketemu haha…
    ah sesuai dalam perkiraanku wanita itu yuri.. gatau mau ngmg apa posisi seo disini rumit sedangkan minho bener bener megang prinsip sahabat ttp sahabat jd susah juga buat seomin bersatu..
    tapi bagus deh smkn susah seomin bersatu tp smkn gampang juga seokyu bersatu hihi…
    yuri ada hub nya ga sih kira kira sama kyu, eon? hem next baca ya eonni 😀

Tinggalkan komentar